Jayapura, Teritorial.Com – Secara tiba-tiba saat Panglima TNI dan Kapolri berkunjung ke Papua, terjadi kontak senjata terjadi di wilayah Deiyai, Papua, Rabu (28/8/2019). Satu prajurit TNI AD dikabarkan tewas sementara dua anggota Polri terluka. Kapolda Papua Irjen Pol Rudolf Rodja mengatakan, saat ini kontak tembak masih berlangsung di Deiyai. Anggota TNI AD meninggal akibat terkena panah, demikian pula dua anggota Polri yang berasal dari Brimob dan dalmas. “Kapolres Paniai dan tim masih kontak tembak,” kata Irjen Pol Rodja.
Dalam insiden tersebut dilaporkan satu pucuk senjata milik TNI-AD hilang. Ketika ditanya tentang korban lainnya, Kapolda Papua mengaku belum dapat laporan lengkap. Irjen Pol Rudolf Rodja mengatakan masih berada di Timika. Informasi yang beredar di media sosial dan media lokal, penembakan ini terjadi saat warga melakukan unjukrasa kelanjutan aksi penolakan rasisme pada warga Papua. Aktivitis HAM Veronica Koman menginformasikan penembakan ini di akun facebooknya. ”Termasuk korban tembak Deiyai hari ini adalah beberapa anak-anak, semoga selamat,” tulisnya.
Sedangkan akun lainnya menyebut ada enam orang tewas. Namun ini belum bisa diverifikasi kebenarannya. Sebelum bendera Bintang Kejora berkibar di Kantor Bupati Deiyai, Senin (26/8/2019). Dilansir dari ABC Indonesia, simbol pergerakan Papua Merdeka itu berkibar selama 1,5 jam sebelum diturunkan. Seorang koordinator aksi Yosep Iyai kepada kantor berita Reuters menjelaskan, sedikitnya 5000 orang ikut aksi di Deiyai, yang terletak sekitar 500 km dari ibukota Papua, Jayapura. “Di kantor bupati, Bendera Bintang Kejora dikibarkan sekitar 1,5 jam,” katanya seraya menambahkan, aksi itu sendiri berlangsung secara damai.
Aksi solidaritas terhadap Papua juga telah digelar sebelumnya di Jakarta, Semarang, Den Haag Belanda, Melbourne dan Alice Springs Australia, serta Port Moresby PNG. Di Deiyai sendiri, aksi diikuti ribuan orang termasuk warga yang mengenakan pakaian tradisional, yang berbaris di jalan-jalan kota itu.
Aksi massa ini merupakan kelanjutan dari aksi sebelumnya pekan lalu, yang menyebabkan terbakaranya sejumlah fasilitas umum di Papua. Massa marah dengan penghinaan berbau rasis terhadap mahasiswa Papua yang terjadi di asrama mahasiswa daerah tersebut di Jawa Timur pada 17 Agustus. Media setempat melaporkan setidaknya lima prajurit TNI telah diskors dan akan diseret ke pengadilan militer terkait kasus di asrama mahasiswa Papua di Surabaya. Padahal sejak kemarin hingga hari ini, Rabu (28/8/2019), Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian menggelar dialog dengan elemen masyarakat Papua, di Kota Jayapura.
Dalam dialog yang membahas beberapa permasalahan yang tengah berkembang di Papua itu, nama Egianus Kogoya, pimpinan Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Kabupaten Nduga, ikut disebut. Bahkan, Panglima TNI menyampaikan niatannya untuk mengajak Egianus Kogoya berdialog. “Saya sudah sampaikan untuk bisa berdialog, yang membuka adalah saya ke Pendeta Lipius (Biniluk) untuk bisa berdialog dengan tokoh agama, termasuk Egianus Kogoya,” tutur Marsekal Hadi Tjahjanto.
Sumber permasalahan yang membuat sosok Egianus Kogoya dan kelompoknya terus berulah, sambung Panglima, bisa diketahui bila ada dialog antar kedua belah pihak. Melalui dialog, diyakini bisa didapat solusi paling tepat untuk menyelesaikan masalah keamanan di Papua, terutama yang terkait dengan separatisme. “Ini supaya kita semua bisa mengetahui akar permasalahannya itu apa, sehingga apa yang kita ketahui nanti bisa menyelesaikan dari sudut pandang Papua,” kata Panglima TNI.
Senada dengan Panglima TNI, Kapolri Jenderal Tito Karnavian juga menilai dialog bisa menjadi solusi yang tepat untuk Papua. Menurut dia, apa yang telah dilakukan pemerintah dan aparat keamanan saat mengatasi masalah di Aceh, bisa juga dilakukan untuk Papua. Tadi Bapak Panglima bahkan sudah mencari jalur tersendiri ke beberapa tokoh, bahwa beliau mau berdialog blak-blakan kepada saudara-saudara kita tersebut,” tutur dia.
Seruan dialog ini sebelumnya sudah dilontarkan Panglima Kodam (Pangdam) XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Yosua P Sembiring. “Sampaikan sama dia, salam saya untuk Egianus Kogoya, segera bergabung ke NKRI,” cetusnya kepada media, di Jayapura, Sabtu (27/07/2019).
Pasukan TNI yang ada di Nduga, terangnya, memiliki dua tugas pokok, yaitu penegakan hukum kepada kelompok bersenjata yang kerap melakukan penembakan dan mengawal pembangunan. Ia pastikan TNI juga bisa melakukan langkah persuasif bila kelompok Egianus Kogoya memiliki iktikad baik untuk menyerahkan diri dan menyatakan siap bergabung dengan NKRI. “Bahwa Egianus itu saudara kita semua hanya saja saat ini kita lagi tidak sepaham, untuk itu kita rangkul dan mengajak dia untuk kembali ke pangkuan ibu pertiwi,” tuturnya.
Menurut dia, pergerakan KKB di Nduga masih akan terus berlanjut dan pasukan TNI akan selalu dalam posisi siaga. Pembangunan Jalan Trans Papua di Nduga akan terus dilakukan karena hal tersebut sudah menjadi program strategis nasional yang harus berjalan. “Namanya OPM pasti akan melakukan tindakan kekerasan selagi dia tidak ditangkap. Hari ini dia tenang, nanti saat kita lengah dia mulai lagi, dia kayak benang kusut,” kata Sembiring.