Jakarta, Teritorial.com – Gempa Jepang dengan kekuatan magnitudo 5,5 mengguncang wilayah kepulauan Tokara, Prefektur Kagoshima, Jepang bagian barat daya, Kamis (03/07/2025),
Gempa tersebut tercatat berada pada level lower 6 pada skala intensitas seismik Jepang (beriksar 0 hingga 7).
Sampa pagi ini, kata kunci “Gempa Jepang” masih menjadi trending dalam penelusuran Google.
Badan Meteorologi Jepang mengungkapkan bahwa pusat gempa berada di lepas pantai Kepulauan Tokara, dengan kedalaman sekitar 20 kilometer.
Meskipun guncangan terasa cukup kuat, namun tidak ada peringatan tsuanami yang dikeluarkan.
Wilayah ini telah mengalami lebih dari 1.000 guncangan kecil dalam hampir dua pekan terakhir.
Meski sebagian besar tergolong ringan, gempa terbaru ini termasuk yang paling kuat dan mengagetkan warga.
“Guncangan berlangsung cukup lama. Saya berada di luar rumah, dan banyak orang di sekitar saya tampak sangat terkejut,” ungkap Arikawa Kazunori, warga Pulau Akusekijima, lokasi yang mencatat intensitas tertinggi dalam gempa ini, seperti yang dikutip NHKWorld, Jumat (04/07/2025).
Dil aporkansekitar 80 penduduk mendiami pulau tersebut.
Untuk mengantisipasi bencana, banyak dari warga telah berkumpul di pusat evakuasi. Pemerintah setempat juga menyiapkan kapal feri untuk membantu evakuasi warga jika diperlukan.
Pemerintah desa Toshima, yang mengelola gugusan Kepulauan Tokara, menjelaskan bahwa seluruh warga dalam keadaan aman. “Kami telah memastikan semua orang selamat,” kata pejabat pemerintah desa Toshima.
Pihak kepolisian setempat juga menyebutkan belum menerima laporan terkait kerusakan besar, korban luka, atau korban jiwa.
Kendati demikian, pihaknya tetap mengumpulkan informasi lebih lanjut terkait kemungkinan kerusakan infrastruktur seperti rumah dan jalan.
Kepala Sekretaris Kabinet Jepang, Hayashi Yoshimasa, memberikan pernyataan resmi terkait gempa tersebut.
“Berdasarkan instruksi Perdana Menteri, kami berkomitmen penuh terhadap penanganan bencana. Itu termasuk menilai kerusakan dan melaksanakan operasi penyelamatan jiwa.
Kami akan bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk mengumpulkan informasi dan segera melakukan upaya bantuan,” katanya.
Hayashi juga menambahkan bahwa pemerintah pusat akan segera menyampaikan informasi terbaru, termasuk jika ada instruksi evakuasi tambahan bagi masyarakat terdampak.
Gempa di Jepang ini terjadi di usai beredar ramalan adanya gempa besar yang menyebar di media sosial.
Diketahi dari ramalan lawas yang diterbitkan ulang pada 2021 itu menyebutkan adanya gempa besar yang akan terjadi pada 5 Juli.
Kabar tersebut kemudian akhirnya viral dan dinilai tidak berdasar secara ilmiah.
Namun, dampaknya terasa di sektor pariwisata.
“Maskapai Greater Bay Airlines yang berbasis di Hong Kong mengurangi penerbangan ke Jepang karena permintaan turun drastis,” kata seorang pejabat pariwisata lokal kepada AFP.
Menurut data otoritas pariwisata Jepang, jumlah wisatawan dari Hong Kong turun 11,2 persen dibanding tahun sebelumnya.
Menanggapi kekhawatiran tersebut, Kepala JMA Ryoichi Nomura menegaskan bahwa gempa tidak bisa diprediksi secara pasti.
“Dengan ilmu pengetahuan saat ini, tidak mungkin memprediksi gempa dengan menentukan lokasi, waktu, dan kekuatannya secara spesifik, ataupun menyatakan bahwa gempa akan atau tidak akan terjadi,” pungkasnya.
“Kami mengimbau masyarakat untuk mengambil langkah-langkah tertentu agar dapat menghadapi gempa kapan pun itu terjadi. Namun, kami juga sangat menganjurkan agar masyarakat tidak mengambil tindakan tidak rasional yang didorong oleh rasa cemas,” kata Nomura.
(*)