Dunia

Australia Waswas China Makin Agresif di Pasifik

Ilustrasi kapal perang China. (AFP/MARK SCHIEFELBEIN)

TERITORIAL.COM, JAKARTA – Australia menyampaikan kekhawatiran baru soal meningkatnya aktivitas militer China di kawasan Pasifik.

Dalam pidatonya di Canberra pada Selasa 2 Desember, Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong mengatakan Beijing kini lebih sering menunjukkan kekuatan militer sekaligus memperluas jangkauan pengaruhnya.

“China terus menegaskan pengaruh strategis lewat jalur ekonomi dan keamanan, serta semakin sering menunjukkan kekuatan militer di wilayah itu,” ujar Wong, seperti dikutip Reuters.

Ia menilai langkah tersebut kerap berlangsung “tanpa keterbukaan yang diharapkan”.

Wong menekankan bahwa stabilitas kawasan Pasifik sangat bergantung pada kerja sama yang jujur antara negara-negara di dalamnya. Menurutnya, pendekatan kolektif lewat Pacific Islands Forum memberi posisi tawar bagi negara-negara kecil dan menengah agar tidak mudah ditekan. “Ini cara kami untuk memastikan kami memiliki pilihan jika tekanan diberikan kepada kami,” ujarnya.

Kekhawatiran Australia juga dipengaruhi pengalaman beberapa tahun lalu.

Pada 2020 sampai 2023, hubungan Canberra dan Beijing memanas, hingga memicu pembatasan perdagangan senilai sekitar A$20 miliar (sekitar Rp218 triliun). Situasi itu menjadi pengingat bagi negara-negara Pasifik tentang potensi tekanan ekonomi ketika memperluas hubungan dengan China.

Saat ini, sebelas negara Pasifik sudah menjalin hubungan diplomatik dengan China, termasuk Tonga yang memiliki utang besar kepada bank milik negara China.

Tiga negara lain memilih tetap bekerja sama dengan Taiwan. Kondisi ini membuat persaingan pengaruh di kawasan semakin terasa dan memaksa Australia bergerak lebih cepat memperkuat hubungan dengan tetangganya.

Wong mengakui bahwa zaman sudah berubah. “Australia tidak bisa lagi menjadi satu-satunya mitra utama bagi wilayah Pasifik karena situasinya sudah berubah,” katanya.

Ia juga menegaskan bahwa Australia akan tetap hadir sebagai mitra yang stabil, terutama melalui komitmen bantuan pembangunan sebesar A$2,2 miliar (sekitar Rp24 triliun) untuk kawasan Pasifik serta pendanaan iklim A$1,3 miliar (sekitar Rp1,3 triliun).

Di sisi lain, China membantah bahwa langkahnya di Pasifik bertujuan memperluas kekuatan militer.

Duta Besar China untuk Australia, Xiao Qian, sebelumnya mengatakan tujuan keamanan Beijing di kawasan itu “bukan strategi militer” dan tidak perlu dianggap sebagai ancaman bagi Australia.

Meski begitu, dinamika geopolitik di Pasifik terus bergerak. Kehadiran militer China semakin terlihat, sementara Australia berusaha mempertahankan kedekatan dengan negara-negara pulau.

Persaingan pengaruh ini diperkirakan akan terus berlanjut, terutama di tengah meningkatnya kebutuhan bantuan pembangunan dan pendanaan iklim di kawasan.

Kayla Dikta Alifia

About Author

You may also like

Dunia

Menteri pertahanan Indonesia dan Amerika Serikat kembali bertemu

Jakarta teritorial.com – Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu, kembali bertemu dengan koleganya, Menteri Pertahanan Amerikat Serikat, James Mattis, di akhir acara
Dunia

Arab Saudi Gagalkan Serangan Rudal yang Targetkan Bandara

Jakarta territorial.com- Pasukan pertahanan Arab Saudi berhasil menggagalkan serangan rudal yang diluncurkan dari wilayah konflik di Yaman, Sabtu (4/11/2017) malam