Dunia

Diplomasi AS-Rusia, Putin Tetapkan Sikap Militer!

Steve Witkoff, perwakilan khusus Presiden Trump, dijadwalkan untuk berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin mengenai rencana perdamaian yang disusun Washington dan telah diperbarui menyusul perundingan terbaru antara pejabat AS dan diplomat Ukraina. (Sumber: The Nw York Times/Ang Li)

TERITORIAL.COM, JAKARTA — Steve Witkoff, utusan khusus AS, bersama Jared Kushner, secara langsung bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin di Kremlin untuk segera mengakhiri konflik di Ukraina yang telah berlangsung selama hampir empat tahun. 

Selain Witkoff, Kushner, dan Putin, Kirill Dmitriev, selaku pimpinan Dana Investasi Langsung Rusia, juga turut hadir mendampingi Putin dalam pertemuan pada Selasa malam.

“Diskusi tersebut sangat berguna, konstruktif, dan substansial serta tidak berlangsung lima menit tetapi lima jam,” kata Ushakov, penasihat utama kebijakan luar negeri Kremlin.

Awalnya, proposal perdamaian ini memicu kontroversi besar karena draf 28 poin sebelumnya mengandung persyaratan yang terlalu menguntungkan Moskow. 

Hal ini termasuk tuntutan agar Kyiv membekukan garis depan dan meninggalkan ambisinya untuk bergabung dengan NATO. 

“Hal-hal lain dapat memicu kritik, dan presiden juga tidak menyembunyikan sikap kritis dan bahkan negatif kami terhadap sejumlah proposisi. Tetapi yang paling penting adalah bahwa diskusi yang sangat berguna telah berlangsung,” kata Ushakov.

Oleh karena itu, kritik yang meluas dari Ukraina dan sekutu-sekutu Eropa mendorong tim AS untuk merevisi rencana tersebut menjadi sekitar 19 hingga 20 poin sebelum Witkoff dan Kushner secara resmi menyerahkannya kepada Putin.

Putin Tegaskan Sikap Militer

Sebagai tambahan konteks, pertemuan di Moskow ini menyusul diplomasi ulang-alik yang intens, menciptakan suasana yang sangat tegang. Putin sendiri secara eksplisit menetapkan batas negosiasi Rusia. 

“Kami masih menerima proposal tentang penghentian permusuhan di sana, di sana, dan di sana,” kata Putin kepada para wartawan. 

“Ketika pasukan Ukraina meninggalkan wilayah yang mereka duduki, barulah permusuhan akan berhenti. Jika mereka tidak pergi, kami akan mencapainya secara militer,” tambah Putin.

Dalam sebuah rekaman video, ia menyebut situasi tersebut sebagai tragedi bagi rakyat Ukraina yang terhubung dengan “kebijakan kriminal junta pencuri yang merebut kekuasaan di Kyiv,” sembari menggeser tumpukan kertas secara agresif di mejanya. 

Ucapan tersebut secara langsung merujuk pada pemberontakan tahun 2014 di Ukraina yang membawa pemerintahan pro-Barat, yang kemudian dijawab Putin dengan mengambil alih Krimea dan memicu perang di timur Ukraina.

Respon Kyiv dalam Menghadapi Ancaman

Meskipun menghadapi pernyataan keras ini, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy memberikan tanggapan hati-hati.

Ia mengakui bahwa proposal yang direvisi “terlihat lebih baik,” tetapi ia menegaskan bahwa integritas teritorial negaranya tidak dapat dinegosiasikan. 

Zelenskyy menekankan bahwa Rusia tidak boleh menerima imbalan atas tindak agresinya. Sementara itu, respons dari sekutu Eropa mencerminkan kekhawatiran yang mendalam. 

Mereka mengkhawatirkan bahwa upaya diplomatik AS ini justru mengalihkan tekanan dari Kremlin kepada Kyiv, sehingga memaksa Ukraina memberikan konsesi yang menyakitkan. 

Berikut versi kalimat yang lebih padu dan mengalir:

Akibatnya, para utusan AS menghadapi tantangan utama dalam merancang kesepakatan damai yang bukan hanya menghentikan pertempuran, tetapi juga menjamin penghormatan terhadap kedaulatan Ukraina.

Pada akhirnya, masalah penyerahan wilayah yang diduduki dan mekanisme jaminan keamanan jangka panjang yang dapat diandalkan bagi Ukraina terus menghambat tercapainya kesepakatan final.

kaylalayalia

About Author

You may also like

Dunia

Menteri pertahanan Indonesia dan Amerika Serikat kembali bertemu

Jakarta teritorial.com – Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu, kembali bertemu dengan koleganya, Menteri Pertahanan Amerikat Serikat, James Mattis, di akhir acara
Dunia

Arab Saudi Gagalkan Serangan Rudal yang Targetkan Bandara

Jakarta territorial.com- Pasukan pertahanan Arab Saudi berhasil menggagalkan serangan rudal yang diluncurkan dari wilayah konflik di Yaman, Sabtu (4/11/2017) malam