Dunia

Ekspansi Nuklir Tiongkok Dapat Hancurkan Stabilitas Global

Tiongkok memperbesar kekuatan nuklirnya sebanyak 600 hulu ledak nuklir aktif, menambah 350 rudal baru, serta mengoperasikan 712 peluncur darat.

TERITORIAL.COM, JAKARTA – Dalam beberapa tahun terakhir, Tiongkok menunjukkan sikap agresif dalam memperbesar kekuatan nuklirnya. Pentagon bersama para pakar pengendalian senjata mengatakan Beijing bergerak cepat untuk meningkatkan jumlah dan kemampuan senjata nuklirnya. 

Situasi ini berbeda dibanding dengan 2023, saat Tiongkok berkomitmen tidak akan menjadi pihak pertama yang menggunakan senjata nuklir. 

Prinsip yang disebut “no first use” berarti bahwa Tiongkok tidak akan menggunakan atau mengancam menggunakan nuklir terhadap negara-negara yang tidak memiliki nuklir. 

Prinsip itu sebelumnya dilihat sebagai sinyal positif yang memberikan jaminan keamanan di tengah meningkatnya rivalitas global. Namun, perkembangan dalam modernisasi militer Tiongkok kembali menimbulkan kekhawatiran yang mengancam stabilitas global. 

Jenderal Anthony Cotton menyebut bahwa arahan dari Xi Jinping untuk merebut Taiwan pada 2027 menjadi faktor utama modernisasi senjata nuklir Tiongkok, baik di darat, udara, maupun laut. 

“Perang nuklir tidak dapat dimenangkan dan tidak seharusnya terjadi,” tegas Kementerian Pertahanan Tiongkok. 

Dalam pernyataan tambahan, Kementerian Pertahanan Tiongkok menegaskan, “Tiongkok juga akan selalu berkomitmen pada strategi nuklir defensif dan prinsip ‘no first use’.” 

Meski demikian, Pentagon menilai kebijakan Tiongkok berpotensi berubah dalam situasi krisis, khususnya kekalahan militer konvensional di Selat Taiwan yang mengancam kelangsungan rezim. 

“Segala bentuk narasi terkait ‘ancaman nuklir Tiongkok’ akan dianggap sebagai upaya untuk merusak reputasi Tiongkok sekaligus menyesatkan masyarakat internasional,” ujar Kementerian Pertahanan Tiongkok, menanggapi tudingan kebijakan Tiongkok dalam memperluas persenjataan nuklir.

Menurut Bulletin of the Atomic Scientist, Tiongkok telah memiliki sekitar 600 hulu ledak nuklir aktif, menambah 350 rudal baru, serta mengoperasikan 712 peluncur darat dengan 462 unit di antaranya mampu mencapai wilayah Amerika Serikat. 

Mereka menilai mayoritas peluncur milik PLA diprioritaskan untuk rudal jarak pendek dengan sasaran kawasan regional, bukan untuk kepentingan nuklir.

Pentagon juga memprediksi bahwa Tiongkok akan mengoperasikan lebih dari 1.000 hulu ledak nuklir pada 2030, dengan variasi mulai dari senjata berkekuatan rendah hingga ICBM berdaya ledak sangat besar.

Melihat situasi geopolitik saat ini, ketika Jepang dan Korea Selatan telah memperkuat aliansi dengan Amerika Serikat, serta AS yang juga berjanji menyesuaikan strategi militernya demi menjaga keseimbangan di Indo-Pasifik, ekspansi nuklir yang dilakukan oleh Tiongkok dapat menimbulkan kekhawatiran yang serius.

Jika tren terus berlanjut, perkembangan senjata nuklir di Asia bukan hanya akan memperburuk rivalitas geopolitik, tetapi juga menimbulkan risiko besar bagi stabilitas dan perdamaian dunia.

kaylalayalia

About Author

You may also like

Dunia

Menteri pertahanan Indonesia dan Amerika Serikat kembali bertemu

Jakarta teritorial.com – Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu, kembali bertemu dengan koleganya, Menteri Pertahanan Amerikat Serikat, James Mattis, di akhir acara
Dunia

Arab Saudi Gagalkan Serangan Rudal yang Targetkan Bandara

Jakarta territorial.com- Pasukan pertahanan Arab Saudi berhasil menggagalkan serangan rudal yang diluncurkan dari wilayah konflik di Yaman, Sabtu (4/11/2017) malam