TERITORIAL.COM, JAKARTA – Negara-negara Eropa bekerja sama dengan Ukraina untuk menyusun proposal gencatan senjata yang bertujuan mengakhiri perang Rusia-Ukraina yang telah berlangsung sejak Februari 2022.
Konflik ini dilatarbelakangi oleh invasi Rusia yang telah memicu krisis kemanusiaan sekaligus mengancam stabilitas keamanan regional.
Proposal tersebut menetapkan garis depan saat ini sebagai dasar gencatan senjata, sekaligus menegaskan kedaulatan dan integritas wilayah Ukraina.
Diplomasi Internasional
Dalam kerangka diplomasi internasional, Eropa dan Amerika Serikat (AS) mengambil peran aktif untuk memastikan pelaksanaan proposal ini.
AS memiliki peran penting dalam pengawasan pelaksanaan rencana dan menekankan pentingnya dukungan internasional dalam menyelesaikan konflik.
Namun, Rusia tetap menolak mengakui wilayah yang didudukinya, sehingga menghadirkan tantangan besar dalam penyelesaian konflik.
Dalam perspektif realpolitik, negara-negara besar memanfaatkan kekuatan diplomatik dan posisi strategis mereka untuk melindungi kepentingan nasional sekaligus memengaruhi jalannya diplomasi internasional.
Isi Proposal 12 Poin
Seorang diplomat senior Eropa menyatakan bahwa proposal ini mencakup pembentukan dewan perdamaian yang dipimpin Presiden AS Donald Trump untuk mengawasi pelaksanaan rencana.
“Ini adalah upaya oleh penasihat keamanan nasional untuk memastikan Amerika Serikat tetap terlibat,” kata diplomat itu.
Pada Selasa, para pemimpin Eropa juga meminta Washington menegaskan tuntutan gencatan senjata segera di Ukraina, dengan garis depan saat ini menjadi dasar semua pembicaraan lanjutan.
Di sisi lain, Pemerintah Rusia terus menuntut agar Ukraina menyerahkan lebih banyak wilayah sebelum gencatan senjata dapat diberlakukan.
Tiga diplomat lain menegaskan bahwa proposal sedang disiapkan, dengan salah satu menyebut bahwa ide dewan ini mencontoh rencana 20 poin AS di Gaza.
Diplomat senior juga menyebut bahwa setelah gencatan senjata, negosiasi wilayah akan berlangsung tanpa mengakui wilayah yang diduduki Rusia sebagai milik Rusia.
Seorang diplomat Eropa turut menambahkan, “Ini adalah upaya yang juga kami lakukan pada Mei dan Agustus. Rusia belum menunjukkan tanda-tanda perubahan posisi.”
Saat ditanya apakah proposal ini hanya mendorong poin lama, diplomat itu menjawab, “Secara tertentu ya, dengan beberapa elemen baru,” namun tidak memberikan rincian lebih lanjut.
KTT London Mendatang
Para diplomat menegaskan bahwa meski proposal masih dalam tahap penyusunan, langkah berikutnya akan menentukan arah diplomasi internasional.
Sekitar 35 sekutu Ukraina akan bertemu di London dalam KTT antarnegara untuk membahas dukungan jangka panjang bagi Kyiv pada Jumat mendatang.
Selain itu, Presiden Trump juga kemungkinan akan bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin dalam beberapa minggu mendatang untuk menguji efektivitas diplomasi multilateral dalam menyelesaikan konflik.