TERITORIAL.COM,JAKARTA – “Eye of Jinxi” adalah julukan yang diberikan kepada sebuah rumah milik Huang Ping di Provinsi Jiangxi, China, yang berdiri di tengah jalan tol, akhirnya benar-benar ditinggalkan oleh pemiliknya. Dahulunya, Huang Ping pernah menolak tawaran berupa kompensasi senilai jutaan yuan untuk pindah.
Rumah dua lantai milik Huang Ping ini sempat menjadi sorotan dunia karena berdiri kokoh di tengah jalur jalan tol setelah pemiliknya menolak relokasi dengan kompensasi besar.
Lalu, apa yang membuat Huang Ping akhirnya memilih untuk meninggalkan kediamannya ini?
- Tolak kompensasi besar
Pemerintah sempat menawari Huang kompensasi sekitar 1,6 juta yuan (sekitar Rp 3,6 miliar) agar ia bersedia pindah rumah. Namun, mendengar syarat pembayarannya yang harus melalui dua tahapan, Huang keberatan dengan hal itu dan memilih untuk tetap bertahan, meski semua tetangganya sudah angkat kaki.
Pemerintah daerah bersiteguh tetap melanjutkan proyek. Tanpa menunggu Huang pindah, mereka membangun jalur jalan tol melingkari rumah Huang, sehingga rumah tersebut berdiri sendirian di tengah ruas jalan.
Jika dilihat dari atas, bentuknya menyerupai mata raksasa, maka dari itu, rumah ini diberi julukan oleh masyarakat sebagai “Eye of Jinxi”.
- Rumah dikepung jalan tol
Ketika lalu lintas telah dibuka pada April lalu, kondisi semakin tidak tertahankan. Tidak adanya peredam suara menyebabkan truk besar dan kendaraan yang berlalu lalang menimbulkan getaran keras. Rumah itu berubah menjadi tak nyaman ditempati. Keluarga Huang berusaha bertahan selama beberapa bulan, tetapi akhirnya menyerah karena bisingnya suara kendaraan dan melimpahnya polusi udara. Mereka akhirnya pindah ke rumah sewa di kota terdekat. Kini, kaca jendela rumah banyak pecah berhamburan, dinding retak, dan rerumputan liar tumbuh di sekitar bangunan. Bangunan yang dulu dipuji sebagai “rumah terkuat di Jinxi” kini berdiri seperti hantu beton di tengah lalu lintas padat.
- Penyesalan yang datang terlambat
Dalam wawancara dengan media lokal, Huang mengakui keputusannya salah. “Jika bisa memutar waktu, saya akan menyetujui syarat yang mereka berikan. Sekarang rasanya seperti saya kalah telak. Rumah kami sangat tak nyaman untuk dihuni. Saya sungguh menyesal” kata Huang, Rabu (20/8/2025).
Ironisnya, jika rumah akhirnya dibongkar, kompensasi yang akan diterimanya hanya sebagian kecil dari nilai awal yang pernah ia tolak.
- Viral di media sosial
Kasus ini ramai diperbincangkan di media sosial. Video rumahnya yang dikepung jalan tol viral di media sosial dan menarik banyak orang untuk berfoto.
Video viral lainjuga menggambarkan betapa rapatnya jalur tol mengitari rumah Huang, membuat rumah seolah jadi “pulau” kecil yang terjebak di tengah lalu lintas.
Fenomena kasus rumah terjebak jalan tol ini bukan hal baru di China. Beberapa pemilik rumah pernah menolak pindah demi proyek pembangunan. Salah satu yang paling terkenal adalah keluarga di Shanghai yang bertahan 14 tahun lamanya sebelum pada akhirnya pindah pada 2017 dengan kompensasi besar.
- Sempat dianggap simbol perlawanan
Pada awalnya, Huang dianggap sebagai pahlawan yang berani menantang proyek besar pemerintah lokal Jiangxi. Namun pada akhirnya, ia harus menghadapi konsekuensi yang menyengsarakan. Rumahnya tidak lagi bernilai, keluarga terpaksa harus pindah karena rumah sudah tidak nyaman ditempati, dan kompensasi besar yang dulu ditawarkan kini lenyap tak berlaku lagi. Julukan yang tadinya bernuansa positif pun kini berubah menjadi sindiran.
Kasus rumah Huang Ping di Jinxi dikelilingi jalan tol setelah tolak relokasi kini menjadi pelajaran. Banyak orang menilai kisah ini memperlihatkan risiko nyata menolak kompromi dalam pembangunan besar. Kisahnya dianggap sebagai pelajaran pahit: menolak kompromi demi idealisme bisa berujung pada kerugian besar. Di satu sisi, ada hak individu untuk mempertahankan properti. Di sisi lain, ada kepentingan negara melanjutkan pembangunan.

