TERITORIAL.COM, JAKARTA – Prancis dilanda gelombang demo besar yang dikenal dengan nama “Block Everything.”
Massa menyerukan pemberhentian total berbagai aktivitas, mulai dari akses jalan raya, jalur kereta, hingga fasilitas umum.
Beberapa kota besar terdampak cukup parah, termasuk Paris, Bordeaux, Toulouse, Marseille, Montpellier, Nantes, dan Lyon.
Ribuan Aparat Dikerahkan
Pemerintah bergerak cepat dengan menurunkan 80.000 aparat keamanan di seluruh negeri, termasuk sekitar 6.000 di Paris, untuk mengendalikan situasi.
Sementara itu, puluhan demonstran ditahan setelah dianggap menimbulkan kericuhan dan membahayakan keamanan nasional.
Meski demikian, langkah pengamanan ketat ini belum mampu mengurangi keresahan masyarakat yang semakin keras menyuarakan penolakan terhadap kebijakan pemangkasan anggaran.
Ketidakstabilan Politik
Gerakan “Block Everything” sendiri menarik berbagai kelompok dengan latar belakang berbeda, mulai dari sayap kanan hingga sayap kiri.
Mereka bersatu dalam tuntutan menentang sistem politik yang dianggap gagal menjawab kebutuhan rakyat.
Kondisi ini semakin panas usai Perdana Menteri François Bayrou dilengserkan melalui mosi tidak percaya, yang kemudian menunjuk Sébastien Lecornu sebagai penggantinya.
“Ini sama saja, masalahnya tetap Macron, bukan para menterinya,” ujar Fred, seorang pejabat serikat buruh CGT di perusahaan transportasi publik Paris RATP. “Dia yang harus turun.”
Gerakan “Block Everything” kini dipandang sebagai lambang perlawanan rakyat terhadap pemerintah, sekaligus cerminan nyata bahwa gejolak politik di Prancis masih jauh dari titik akhir.