TERITORIAL.COM,JAKARTA – Dalam rentang waktu 48 jam terakhir, Israel melancarkan serangkaian serangan militer ke lima negara sekaligus, yaitu Gaza, Lebanon, Suriah, pesisir Tunisia, dan Qatar. Aksi ini menuai kecaman keras dari komunitas internasional karena dianggap dapat memperburuk ketegangan di kawasan Timur Tengah.
Serangan paling mengejutkan terjadi saat Israel melancarkan serangan udara ke ibu kota Qatar, Doha, pada Selasa (9/9/2025). Serangan tersebut diarahkan khusus kepada pimpinan Hamas, termasuk kepala negosiator Khalil al-Hayya, yang dikenal sebagai salah satu tokoh kunci dalam proses gencatan senjata di Gaza.
Menurut laporan dari sejumlah media internasional, ledakan besar terdengar di kawasan pemukiman elite Doha. Ledakan ini menewaskan setidaknya lima sampai enam orang, termasuk diantaranya anak al-Hayya, ajudan, pengawal, serta seorang petugas keamanan Qatar. Meskipun demikian, al-Hayya dan beberapa pimpinan Hamas dilaporkan selamat.
Pemerintah Qatar dengan segera mengutuk keras serangan tersebut. Kementerian Luar Negeri menyebut bahwa tindakan yang dilakukan Israel ini sebagai pelanggaran kedaulatan dan ancaman serius bagi stabilitas kawasan. Doha turut menegaskan, serangan itu tidak hanya gegabah, tetapi juga berpotensi menggagalkan upaya diplomasi yang selama ini difasilitasi Qatar sebagai mediator utama antara Israel dan Hamas.
“Kami mengutuk keras serangan pengecut ini terhadap wilayah kedaulatan Qatar, terlebih kepada yang mengancam proses perdamaian,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar dalam konferensi pers darurat.
Serangan ke Qatar ini berlangsung di tengah pembahasan proposal gencatan senjata baru di Gaza. Khalil al-Hayya, yang menjadi target utama, adalah tokoh kunci dalam negosiasi tersebut. Langkah Israel dinilai memperlemah jalur diplomasi, bahkan bisa membuat perundingan berakhir buntu.
PBB ikut menyoroti perkembangan ini, Sekretaris Jenderal Antonio Guterres menekankan pentingnya peran Qatar dalam menjaga dialog dan memperingatkan bahwa serangan semacam ini dapat memperburuk situasi kemanusiaan di Gaza.
Di Israel sendiri, aksi militer ini memicu keresahan keluarga sandera yang masih ditahan Hamas di Gaza. Mereka menilai serangan ke Qatar dapat membahayakan nyawa para tawanan karena merusak jalur negosiasi.
“Kami takut tindakan ini malah memperburuk nasib keluarga kami yang masih di Gaza,” kata salah satu juru bicara forum keluarga sandera dalam wawancara dengan media lokal Israel.
Menurut sumber-sumber intelijen, operasi “Puncak Api” ini telah direncanakan Israel sejak beberapa bulan lalu. Meski dilaksanakan secara independen oleh Israel, Amerika Serikat dilaporkan telah diberi tahu sebelum serangan diluncurkan.
Washington menegaskan tidak terlibat langsung, namun pengakuan itu menambah dilema karena Qatar merupakan sekutu dekat AS dan menjadi tuan rumah Pangkalan Udara Al Udeid, pangkalan militer terbesar AS di Timur Tengah.
Kecaman terhadap Israel juga datang dari sejumlah negara Barat. Perdana Menteri Inggris Keir Starmer menyebut serangan tersebut berbahaya bagi stabilitas regional dan menegaskan kembali pentingnya penghentian permusuhan, pembebasan sandera, serta penyaluran bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Sementara itu, Rusia dan China mengecam keras tindakan Israel dan mendesak Dewan Keamanan PBB untuk mengambil tindakan tegas. “Ini adalah pelanggaran hukum internasional yang tidak dapat diterima,” kata wakil tetap Rusia untuk PBB.