TERITORIAL.COM, JAKARTA – Warga Australia dilaporkan melakukan pembelian emas secara masif dalam beberapa minggu terakhir, seiring kenaikan tajam harga logam mulia. Antrean panjang terlihat di toko–toko emas, langkah ini merupakan respons terhadap lonjakan atas kondisi geopolitik dan ekonomi global yang memburuk.
Salah satu pusat keramaian tersebut adalah ABC Bullion, jaringan penjual emas besar di Australia, yang mencatat jumlah pengunjung harian mencapai ribuan di sejumlah kota besar seperti Sydney, Melbourne, Perth dan Brisbane.
Analisis media keuangan juga mengungkapkan bahwa aktivitas perdagangan emas di Australia meningkat hingga 4–5 kali lipat dibandingkan normalnya, dengan pembukaan rekening emas baru yang naik tajam.
Kondisi ini bisa menjadikan emas sebagai salah satu ekspor strategis Australia yang melesat, bahkan diprediksi akan menempati posisi kedua setelah produksi bijih besi.
Pada Kamis (16/102025), harga emas sempat menembus kisaran US$4.200 per ons atau sekitar Rp70 juta, sementara harga perak mencapai sekitar US$52 per ons atau sekitar Rp861 ribu.
Kepala Komoditas Commonwealth Bank, Vivek Dhar, menyebut bahwa sejak awal tahun kenaikan logam mulia tersebut “sangat luar biasa”.
Apa yang Mendorong Fenomena Ini?
Turunnya suku bunga di Amerika Serikat, ketika suku bunga AS dianggap akan menurun, maka imbal hasil atas aset berbunga juga menurun, sehingga investor beralih ke emas yang tidak berbunga sebagai pelindung nilai.
Tak hanya itu, kebijakan tarif dan ketegangan perdagangan yang dilancarkan oleh pemerintahan AS yang memicu gejolak di pasar ekuitas AS, sehingga investor semakin melihat emas sebagai aset aman.
Ketidakpastian geopolitik dan ekonomi global juga menjadi alasan, termasuk pemangkasan anggaran, penurunan kepercayaan pasar, volatilitas di bursa saham dan mata uang.
Serta lonjakan harga logam mulia lainnya, yakni mencakup Palladium naik ~75 % dan platinum melonjak ~87 % sejak awal tahun, ini menandakan dorongan kuat ke logam sebagai kelas aset alternatif.
Meskipun kejadian ini secara langsung berlangsung di Australia, pola yang sama dapat menjadi pengingat penting bagi investor dan publik di Indonesia.
Kenaikan harga emas dan gelombang pembelian besar-besaran bisa mencerminkan meningkatnya ketidakpastian ekonomi global. Hal ini dapat memengaruhi valuasi asset-asset domestik, yaitu mata uang, saham, komoditas, hingga logam mulia lokal.