TERITORIAL.COM, JAKARTA – Gelombang aksi pro-Palestina mewarnai ajang bergengsi balap sepeda La Vuelta a España 2025. Perdana Menteri Spanyol, Pedro Sánchez, secara terbuka menyampaikan rasa bangganya kepada masyarakat yang menyuarakan dukungan terhadap kemerdekaan Palestina di tengah berlangsungnya kompetisi tersebut.
“Pengakuan dan penghormatan sebesar-besarnya kepada para atlet. Namun kami juga mengagumi masyarakat Spanyol yang turun tangan memperjuangkan tujuan yang adil, yakni kebebasan Palestina,” ujar Sánchez saat pertemuan Partai Sosialis di Málaga, Minggu (14/9/2025).
Ia menambahkan, Spanyol kini menjadi inspirasi bagi dunia internasional. “Negara kita hari ini bersinar sebagai contoh keberanian membela hak asasi manusia,” katanya.
Aksi solidaritas ini sempat mengganggu jalannya balapan. Beberapa etape La Vuelta, yakni salah satu dari tiga grand tour balap sepeda dunia, terpaksa dipangkas atau dipersingkat. Kondisi itu memunculkan keraguan apakah lomba yang direncanakan berlangsung selama 21 hari ini bisa diselesaikan sesuai jadwal.
Untuk mengantisipasi gangguan lebih lanjut, pemerintah memperketat pengamanan. Sebanyak 1.100 personel kepolisian dikerahkan untuk mengawal etape penutup di Madrid.
La Vuelta a España 2025 sendiri digelar selama tiga pekan di empat negara, yakni Italia, Prancis, Andorra, dan Spanyol. Balapan dimulai di Turin pada 23 Agustus dan dijadwalkan finis di Madrid pada 14 September.
Insiden paling menonjol terjadi pada etape ke-11 di Bilbao, Rabu (3/9/2025). Puluhan demonstran pro-Palestina membawa bendera dan mendekati garis finis. Mereka bahkan mencoba mendorong pagar pembatas jalan. Akibatnya, etape tersebut berakhir tanpa pemenang.
Situasi ini menempatkan Spanyol dalam posisi yang rumit. Di satu sisi pemerintah berusaha menunjukkan dukungan politik dan moral kepada Palestina. Di sisi lain, mereka juga harus menjaga kelancaran dan citra ajang olahraga internasional yang sudah menjadi ikon nasional sejak 1935, meniru format Tour de France dan Giro d’Italia.
Dengan sikap tegas Sánchez, Spanyol kini terlihat berbeda dari negara Barat lainnya. Tak sekadar memberi ruang bagi protes, pemerintah justru secara terbuka mengapresiasi aksi yang dianggap membela nilai-nilai kemanusiaan meski berdampak pada salah satu acara olahraga terbesar di dunia.
