TERITORIAL.COM, JAKARTA – Otoritas Imigrasi dan Bea Cukai Amerika Serikat menangkap seorang profesor tamu Harvard setelah ia mengaku menembakkan senapan angin di dekat sebuah sinagoge (tempat ibadah umat Yahudi yang juga berfungsi sebagai pusat komunitas dan sekolah) di Brookline, Massachusetts.
Insiden itu terjadi sehari menjelang perayaan Yom Kippur, atau hari penebusan dosa dalam Yahudi, dimana perayaan tersebut dianggap hari paling suci dalam agama Yahudi.
Profesor bernama Carlos Portugal Gouvea, warga negara Brasil yang mengajar di Fakultas Hukum Universitas Harvard selama semester musim gugur, ditahan pada Rabu (3/12) setelah visa non-imigrannya dicabut oleh Departemen Luar Negeri AS, mengutip dari Reuters, Jumat (5/12).
Gouvea merupakan associate professor di Fakultas Hukum Universitas Sao Paulo. Dia ditangkap polisi Brookline pada 1 Oktober setelah adanya laporan seseorang membawa senjata di dekat Temple Beth Zion, malam menjelang Yom Kippur.
Ketika dimintai keterangan oleh polisi, Gouvea mengatakan ia sedang menggunakan senapan angin untuk berburu tikus di sekitar lokasi.
Bulan lalu, Gouvea setuju mengaku bersalah atas dakwaan menembakkan senapan angin secara ilegal. Ia dijatuhi masa percobaan praperadilan selama enam bulan.
Beberapa dakwaan lain, seperti mengganggu ketertiban umum, perilaku tidak tertib, dan merusak properti, dibatalkan sebagai bagian dari kesepakatan hukum.
Departemen Keamanan Dalam Negeri AS menyebut Gouvea telah bersedia meninggalkan Amerika Serikat setelah kasus tersebut. Hingga kini, Gouvea belum memberikan komentar. Pihak Universitas Harvard juga menolak memberi komentar terkait penangkapannya.
Kasus ini sempat disebut pemerintahan Presiden Donald Trump sebagai insiden anti-semitisme. Namun penilaian itu tidak sejalan dengan keterangan otoritas lokal di Massachusetts.
Temple Beth Zion sebelumnya telah memberi tahu komunitasnya bahwa insiden tersebut tidak menunjukkan indikasi bermotif kebencian terhadap Yahudi. Kepolisian Brookline juga berpendapat hal serupa.
Menurut Temple Beth Zion, polisi menyampaikan bahwa Gouvea tidak mengetahui bahwa ia tinggal tepat di sebelah sinagoge maupun bahwa insiden itu terjadi pada malam hari raya keagamaan.
Penangkapan ini berlangsung di tengah meningkatnya tekanan pemerintahan Trump terhadap Harvard atas tuduhan bahwa universitas tersebut tidak cukup tegas menghadapi kasus antisemitisme dan belum memberikan perlindungan yang memadai bagi mahasiswa Yahudi.

