TERITORIAL.COM, JAKARTA – Militer Myanmar pada Selasa (18/11) melakukan penggerebekan di sebuah markas judi dan penipuan online di kota perbatasan Shwe Kokko, dan mengamankan 346 warga negara asing, serta menyita hampir 10.000 ponsel yang digunakan dalam operasi perjudian daring.
Menurut laporan media pemerintah The Global New Light of Myanmar, para tersangka kini berada dalam pantauan militer. Dalam operasi tersebut, pasukan juga mencegah upaya pelarian ke Thailand.
Pihak berwajib menuding entitas Yatai, perusahaan milik She Zhijiang (warga China-Kamboja), sebagai dalang dari skema ilegal di Shwe Kokko.
She sebelumnya ditangkap di Thailand pada 2022, dan diekstradisi ke China pekan lalu atas tuduhan keterlibatan dalam perjudian online dan penipuan.
Ia bahkan sudah dikenai sanksi oleh Inggris dan Amerika Serikat.
Wilayah Shwe Kokko sendiri telah lama dikenal sebagai kawasan penipuan daring. Di sana berkembang “fraud factory” besar yang menargetkan korban lewat skema-romansa, investasi palsu, dan “pig-butchering” (modus fatten-up sebelum menipu besar-besaran).
Penggerebekan ini bukan yang pertama. Pada Oktober lalu, militer juga menyegel wilayah KK Park, markas scam terkenal di pinggiran Myawaddy, dengan lebih dari 2.000 orang diperiksa.
Laporan dari PBB dan lembaga internasional menyebut area perbatasan di Myanmar, terutama yang berbatasan dengan Thailand, Laos, dan Kamboja, menjadi lahan utama bagi operasi penipuan online skala besar.
PBB memperkirakan skema-skema ini menghasilkan puluhan miliar dolar per tahun.
Sumber militer menyatakan bahwa tekanan diplomatik dari China, salah satu pendukung militer Myanmar, ikut mendorong operasi pembersihan ini.
Meski militer menyatakan telah menindak, kenyataannya kontrol atas Shwe Kokko tidak sepenuhnya berada di tangan junta.
Beberapa kelompok bersenjata etnis, seperti Border Guard Force (BGF) dari suku Karen, juga aktif di wilayah tersebut.
Pada Februari 2025, BGF pernah menggerebek pusat penipuan di kawasan yang sama, menangkap lebih dari 1.000 orang yang dicurigai terlibat dalam scam dan perdagangan manusia.
Sebagian menilai operasi militer sekarang hanya sebuah penampilan untuk merespon tekanan luar, sementara para dalang utama tetap leluasa.
Banyak pekerja di pusat-pusat scam ini merupakan WNA yang dijebak melalui janji pekerjaan manis di luar negeri.
Skema scam besar seperti romance fraud, investasi bodong, dan perjudian online di wilayah ASEAN menyebabkan miliaran dolar kerugian setiap tahun menurut PBB.
Kompleks scam sering berada di wilayah yang secara administratif lemah, di mana militer dan milisi etnis berebut pengaruh, skema kriminal ini semakin memperumit konflik sipil di Myanmar.
Militer Myanmar menyatakan operasi ini sebagai komitmen untuk menumpas kejahatan siber hingga ke akar.
“Kami bekerja untuk benar-benar memberantas aktivitas scam dari akarnya,” kata Mayor Jenderal Zaw Min Tun dalam pernyataannya.
Namun, sejumlah pakar mempertanyakan efektivitas langkah ini. Mereka mencurigai bahwa operasi militer lebih bersifat simbolis, sementara pemodal dan jaringan kriminal besar masih bebas bergerak.

