Iran, Teritorial.com – Salah satu media berita Iran merilis artikel eksklusif mengungkap rencana licik Israel yang disebut akan meledakan bom di Amerika Serikat (AS), lalu kemudian memfitnah Iran sebagai pelakunya.
Dikatakan jika niat jahat Israel ‘memfitnah’ Iran jelas bertujuan untuk memicu perang skala penuh antara AS dan Iran. Berdasarkan informasi yang didapat, rencana tersebut awalnya melibatkan pengaturan peristiwa pengeboman yang merusak di AS.
Kemudian, Israel berencana membuat bukti palsu untuk melibatkan Iran, sehingga memanipulasi opini publik AS dan mendorong tindakan militer. Iran mengungkap rencana Israel melalui informasi yang dibagikan oleh negara sahabat.
Setelah mengetahui potensi serangan itu, Iran mengirim pesan kepada pejabat AS untuk mencegah terjadinya peledakan yang direncanakan. Informasi tersebut dibagikan oleh media Tehran Times pada 25 Juni 2025 malam.
Perang 12 Hari Iran-Israel
Diketahui, Iran dan Israel sebelumnya sempat terlibat perang selama 12 hari. Masuknya AS ke dalam pusaran konflik antara kedua negara tersebut juga membuat situasi di Timur Tengah semakin memanas.
Awalnya, Israel melakukan serangan lebih dulu ke wilayah Iran pada Jumat, (13/6). Serangan itu menyebabkan kerusakan di berbagai wilayah termasuk markas besar IRGC, depot amunisi IRGC di Kermanshah, situs pertahanan udara Hazrat-e Masoumeh, pangkalan militer Piranshahr, hingga fasilitas rudal bawah tanah di Kermanshah.
Tak cuma itu, sejumlah jenderal yang menjadi pemimpin militer Iran dan ilmuwan nuklir Iran juga tewas setelah ditarget dengan rudal.
Iran lalu melakukan serangan balasan besar-besaran menggunakan rudal dan drone bersenjata yang menargetkan pusat-pusat strategis di wilayah Israel. Serangan balasan Iran ke wilayah Israel bahkan membuat Kota Tel Aviv dan kota lainnya porak poranda dan menewaskan sejumlah warganya.
Sebagai sekutu Israel, AS lalu ‘ikut campur’ dengan menjatuhkan bom ke tiga lokasi fasilitas nuklir milik Iran yakni, Natanz, Fordow, dan Isfahan. Keterlibatan AS kemudian membuat situasi semakin tidak kondusif.
Bahkan, narasi-narasi soal Perang Dunia Ketiga mulai menyebar di berbagai negara. Setelah aksi militer AS itu, Menlu Iran langsung terbang ke Rusia buat bertemu dengan Putin.
Usai pertemuan, Putin langsung tegas menyatakan Rusia bakal membela dan membantu Iran yang merupakan sekutunya. Selang berapa lama, Iran membalas tindakan AS dengan menyerang pangkalan AS di Qatar menggunakan rudal.
Usai serangan Iran, Presiden AS Donald Trump langsung bersuara dan menyatakan sudah saatnya melakukan perdamaian di Timur Tengah. Trump lalu mengumumkan gencatan senjata antara Iran-Israel pada Selasa, (24/6).
Trump memilih tidak melakukan serangan balik ke Iran dan justru mendesak Israel untuk tidak melanjutkan serangannya ke Iran. Langkah Trump tersebut dipandang sebagai manuver untuk menghindari konflik berkepanjangan yang melibatkan AS.