TERITORIAL.COM, JAKARTA – Indonesia mencatat realisasi investasi sebesar Rp 491,4 triliun sepanjang kuartal III 2025, atau naik sekitar 13,9 % secara tahunan dibanding kuartal III 2024 (Rp 431,5 triliun).
Angka tersebut sekaligus menjadi capaian triwulan tertinggi dalam sepanjang tahun 2025, melampaui realisasi kuartal I sebesar Rp 465,2 triliun dan kuartal II sebesar Rp 477,7 triliun.
Menurut Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani, pencapaian ini merepresentasikan 25,8 % dari target investasi nasional tahun 2025 senilai Rp 1.905,6 triliun.
“Yang penting bukan hanya besarnya angka, tetapi apakah investasi itu berkualitas dan mampu menyerap tenaga kerja,” ujarnya.
Dari realisasi kuartal III 2025, penyerapan tenaga kerja yang dilaporkan mencapai 696.478 orang.
Komposisi dan Persebaran Investasi
Dari total Rp 491,4 triliun, kontribusi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) mencapai Rp 279,4 triliun (56,9 %), sementara investasi asing (PMA) sebesar Rp 212 triliun (43,1 %).
Menurut laporan BKPM terbaru, aliran investasi asing (PMA) sepanjang Januari–September 2025 mencapai Rp 644,6 triliun.
Realisasi investasi di luar Pulau Jawa mendominasi dengan nilai sekitar Rp 265,8 triliun (54,1 %), sedangkan Pulau Jawa meraih Rp 225,6 triliun (45,9 %).
Namun, dalam skala provinsi, Jawa Barat tetap menjadi provinsi dengan penerimaan investasi tertinggi, yaitu Rp 77,1 triliun (~15,7 %). Disusul DKI Jakarta Rp 63,3 triliun (12,9 %).
Dalam hal PMA, Jawa Barat juga menjadi pusat penerimaan modal asing terbesar dengan nilai USD 2,2 miliar (16,7 % dari total PMA kuartal III). Provinsi lain yang mencatat penerimaan asing signifikan adalah Sulawesi Tengah (USD 2 miliar, 14,8 %) dan DKI Jakarta (USD 1,4 miliar, 10,6 %).
Proyeksi ke Depan
Menteri Keuangan baru, Purbaya Yudhi Sadewa, menyebut bahwa pemerintah mempertimbangkan injeksi likuiditas tambahan ke bank-bank milik negara untuk mendorong kredit produktif dan pertumbuhan ekonomi.
Dalam proyeksi jangka pendek, pemerintah optimis bahwa kuartal IV 2025 akan jadi momentum baru bagi pertumbuhan ekonomi dan masuknya investasi baru.