TERITORIAL.COM, JAKARTA – Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengungkap penyebab perlambatan ekonomi Indonesia sepanjang delapan bulan pertama tahun ini.
Menurutnya, kondisi global bukan satu-satunya faktor, bahkan bisa jadi bukan faktor utama.
Menurutnya, terdapat persoalan tata kelola di dalam negeri yang menyebabkan perlambatan laju ekonomi sebelum kemudian diperbaiki oleh pemerintah.
“Jadi kalau dilihat dari sini sih, perlamatan ekonomi kita di sepanjang mungkin delapan bulan pertama tahun ini bukan karena gloal saja. Mungkin karena salah urus di dalam yang sudah kita perbaiki,” ungkap Purbaya saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Jakarta, Kamis (27/11/2025).
Ia juga mengungkap bahwa justru dalam beberapa bulan terakhir prosepek ekonomi global mulai menunjukkan perbaikan.
Ketegangan yang terjadi antara Amerika Serikat dan Tiongkok mereda, sementara The Fed masih akan menurunkan federal funds rare di bulan Desember. Hal ini memberikan sinyal positif bagi stabilitas dan prospek ekonomi serta sektor keungan global ke depan,” katanya.
Perkembangan ini dinilai dapat memberi peluang bagi negara berkembang termasuk Indonesia.
Kendati demikian, volatilitas komoditas masih tetap jadi tantangan.
Salah satunya menurut Purbaya, harga batu bara dan minyak menguat secara bulanan, tetapi batu bara dan nikel masih melemah dibandingkan tahun lalu, sehingga memengaruhi penerimaan negara.
Sementara harga tembaga dan CPO bergerak naik secara tahunan dan menambah ruang positif bagi APBN.
Di sisi perdagangan, kondisi Indonesia relatif lebih kokoh.
Sepanjang Januari sampai September 2025, surplus neraca perdagangan mencapai 33,48 miliar dollar AS.
Purbaya mengungkap bahwa ekspor masih tumbuh 11,4 persen secara tahunan, sementara impor naik 7,2 persen.
Hal ini, menurutnya, merupakan indikasi bahwa aktivitas industri domestik tetap berjalan meski dunia penuh ketidakpastian.
“Kelihatannya pengaruh gejolak global ke ekspor kita dan trade balance kita tidak signifikan, malah cenderung positif,” katanya.
Menkeu kembali menekankan bahwa perlambatan ekonomi awal tahun lebih disebabkan faktor domestik ketimbang eksternal.
Ia memastikan pemerintah telah mulai melakukan koreksi kebijakan dan pembenahan sehingga ke depan ekonomi dapat kembali bergerak lebih solid.
(*)

