Jakarta, Teritorial.com – Dewan Direktur Eksekutif Bank Dunia menyetujui permohonan pemerintah Indonesia soal pinjaman 300 juta dolar AS. Dalam keterangan pers disebutkan bahwa pinjaman tersebut diperuntukan guna meningkatkan prasarana dan pelayanan dasar yang relevan dengan pariwisata, memperkuat hubungan ekonomi lokal dengan kepariwisataan dan menarik investasi swasta di Indonesia.
Direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste Rodrigo Chaves dalam pernyataan yang diterima di Jakarta, Jumat, menyatakan sebanyak lebih dari 2,8 juta penduduk Indonesia akan mendapat manfaat dari jalan dan akses ke pelayanan dasar yang lebih baik dari pengembangan sektor pariwisata.
“Jika direncanakan dan dikelola dengan baik, pariwisata dapat menghasilkan lapangan kerja yang besar dan melipatgandakan pendapatan bagi Indonesia. Infrastruktur dasar yang lebih baik dan belanja oleh para pengunjung dapat menghasilkan dampak ekonomi yang signifikan di daerah-daerah yang memiliki keterbatasan untuk pemerataan kemakmuran,” kata Chaves.
Ia menambahkan bantuan pembiayaan ini serta dukungan sumber daya untuk pengembangan sektor pariwisata yang berasal dari APBN dapat mendukung pembangunan infrastruktur terpadu di kawasan pariwisata nasional. Investasi proyek pariwisata ini akan dimulai di tiga tujuan utama yaitu pulau Lombok di Nusa Tenggara Barat, segitiga Borobudur-Yogyakarta-Prambanan di Jawa dan Danau Toba di Sumatera Utara.
Namun besaran nominal hutang untuk pembangunan sarana pariwisata tersebut terbilang kontoversial di tengah keterpurukan ekonomi dan melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika. Bisa dikatakan bahwa ketiadaan tren positif perekonomian Indonesia saat ini turut menjadi penyebab kemunduran pertumbuhan ekonomi belakangan ini.
Pinjaman hutang Bank Dunia yang seharusnya bisa menjadi angin segar bagi kondisi ekonomi nasional ternyata digunakan untuk sarana pembangunan yang sifatnya jangka panjang, sedangka ekonomi Indonesia saat membutuhkan dana tersebut untu menyelamatkan perekonomian Indonesia dari degradasi akibat kekalahan Rupiah terhadap Dolar Amerika. (SON)