Malang, Teritorial.com – Jelang Lebaran Indonesia warning peredaran uang palsu. Bahkan baru-baru ini temuan uang palsu di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Malang selama Mei 2018 lebih dari dua kali lipat dibanding April 2018, yakni dari 404 lembar menjadi 893 lembar.
Ketua Tim Sistem Pembayaran, Pengedaran Uang Rupiah, Layanan Administrasi Kantor Perwakilan BI Malang Rini Mustikaningsih, Minggu, mengakui adanya peningkatan temuan uang palsu tersebut, bahkan peningkatannya lebih dari 100 persen.
“Temuan uang palsu tersebut terdiri atas berbagai pecahan, mulai dari pecahan Rp100 ribu, Rp50 ribu, Rp20 ribu, dan Rp10 ribu. Namun, dari laporan perbankan yang paling banyak adalah pecahan Rp100 ribu dan Rp50 ribu,” katanya di Malang, Jawa Timur.
Menurut Rini, temuan uang palsu tersebut lebih banyak dari laporan perbankan, meski tetap ada laporan dari masyarakat. “Harapan kami masyarakat juga aktif melaporkan ke BI jika menemukan uang palsu sehingga peredarannya bisa diminimalisasi dan diredam,” ucapnya.
Berdasarkan data, selama tahun 2017, BI Malang menemukan 5.385 lembar uang palsu berbagai pecahan. Jumlah tersebut berasal dari laporan bank sebanyak 5.307 lembar dan laporan masyarakat 78 lembar. Hasil temuan uang palsu didominasi pecahan besar Rp100 ribu dan Rp50 ribu.
Disaat yang sama Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Bengkulu mengajak semua pihak khususnya masyarakat agar lebih waspada terhadap peredaran uang palsu, apalagi akan memasuki Lebaran Idul Fitri yang notabene masyarakat lebih konsumtif.
Kepala Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Bengkulu Endang Kurnia Saputra di Bengkulu, Selasa, menyebutkan, tidak hanya Ramadhan, saat ini di Kota Bengkulu juga sedang ada gelaran Pilkada 2018 dan juga ada agenda besar masyarakat lainnya yakni tahun ajaran baru.
Seperti kejadian pada Senin 23 April 2018, Kepolisian Bengkulu membekuk enam orang tersangka pembuat dan pengedar uang palsu, dari tangan tersangka diamankan upal. Jika dinilai nominalnya dalam bentuk rupiah maka akan mencapai Rp73 juta. “Tapi sebenarnya nilainya nol, itu tidak ada nilainya karena bukan rupiah. Kalau ada temuan jangan takut untuk melapor,” kata dia lagi.
Secara mudah sebenarnya masyarakat bisa mengecek keaslian uang yaitu dengan cara 3D atau yang jamak dikenal dengan dilihat, diraba dan diterawang. Uang yang asli menurut Endang memiliki kualitas cetak yang sangat baik, jika diraba terasa kasar, dan disertakan dengan tanda air serta benang pengaman.
Masyarakat juga bisa memastikan keaslian rupiah dengan menggunakan peralatan tambahan seperti menyediakan lampu ultra violet untuk keperluan transaksi. Yang lebih aman lagi, Endang mengajak semua pihak untuk beralih menggunakan uang elektronik dalam bertransaksi. Cara ini tentu dapat menekan kerugian akibat peredaran uang palsu atau kriminal vandalisme. (SON)