Jakarta, Teritorial.com – Kementerian Investasi dan Hilirisasi atau Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menghitung, dibutuhkan investasi sekitar Rp 13.528 triliun untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8%, dalam jangka waktu 2025 hingga 2029.
Menteri Investasi dan Hilirisasi atau Kepala BKPM Rosan Roeslani mencatat, setidaknya investasi yang masuk harus meningkat sekitar 7% hingga 8% setiap tahunnya agar ekonomi tumbuh tinggi.
Target investasi Rp 13.528 triliun tersebut diakumulasikan dari target investasi pada 2025 Rp 1.906 triliun, lalu meningkat 7,6% pada 2026 menjadi Rp 2.280 triliun, meningkat 8,3% jadi Rp 2.680 triliun pada 2027.
Kemudian, meningkat 8% pada 2028 dengan ditargetkan sebesar Rp 3.116 triliun, dan meningkat 4,55% pada 2029 menjadi Rp 3.544 triliun.
“Dan investasi akan memainkan peran yang sangat signifikan dalam bagaimana kita mencapai pertumbuhan ekonomi 8% ini, di samping konsumsi domestik kita,” tutur Rosan dalam agenda Indonesia-Europe Investment Summit 2024, Senin (9/12).
Rosan mencatat, saat ini kontribusi konsumsi domestik terhadap pertumbuhan ekonomi mencapai 53% hingga 54%, kemudian investasi sekitar 24%-25%, belanja pemerintah 8%-9%, dan ekspor hanya menyumbang 2%.
Hitungan Rosan, dengan investasi Rp 13.528 triliun tersebut, penciptaan lapangan kerja baru bisa mencapai 3,47 juta orang pada periode 2025 hingga 2029 mendatang.
“Jadi ini adalah target yang sangat ambisius, tetapi pada saat yang sama, bagaimana kita bisa mencapainya? Jadi, kalau Anda lihat sekarang investasi kita, bukan hanya investasi, tetapi juga hilirisasi,” ungkapnya.
Untuk mendorong investasi, salah satunya pemerintah akan mendorong investasi di sektor hilirisasi. Hal ini karena hilirisasi bisa menciptakan nilai tambah.
Adapun pemerintah sudah memetakan 28 komoditas hilirisasi yang akan digali. Diantaranya, batubara, nikel, timah, tembaga, bauksit, besi steci, emas perak, timbal aspal, pasir, mangan, kobalt, logam tanah jarang.
Kemudian, minyak bumi, gas alam, minyak kelapa sawit, kelapa, karet, biofuel, gaku gelondongan, getah pinus, udang, ikan, kepiting, rumput laut, garam, pala, coklat, dan ikan nila.
Nah dari 28 komoditas hilirisasi tersebut, pemerintah akan memfokuskan terlebih dahulu pada komoditas mineral dan batubara, perkebunan, perikanan, kehutanan, dan lainnya.
Lebih lanjut, apabila 28 komoditas tersebut sudah dimaksimalkan hingga 2040, potensi investasi yang masuk akan mencapai US$ 618 miliar, dengan berkontribusi ke produk domestik bruto (PDB) sebesar US$ 235,9 miliar.