Defisit Neraca Perdagangan Nasional, Darmin Nasution Genjot Sektor Pariwisata

0

Jakarta, Teritorial.Com – Sentimen negatif Rupiah yang tak kunjung bangkit dihadapan supermasi Dolar Amerika, pemerintah akan meningkatkan surplus neraca perdagangan nasional dengan meningkatkan pendapatan dari sektor pariwisata. Hal ini diungkapkan Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution, Minggu (22/7/2018).

Sejak nilai tukar Rupiah anjlok dihadapan dolar sejak satu semester terakhir, Defisitnya neraca perdagangan nasional sebesar US$ 1,02 miliar pada periode Januari-Juni 2018 dinilai menjadi salah satu penyebab tertekannya mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) saat ini.

Dengan ini pendapatan negara dari sektor pariwisata bisa lebih ditumbuhkan dengan mempersiapkan sarana-sarana pariwisata yang maksimal seiring dengan meningkatnya turis-turis yang mengunjungi Indonesia.

Nantinya, pihaknya bersama dengan Kementerian Pariwisata serta dengan pihak perbankan akan melakukan kajian Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) pada perizinan bidang Pariwisata untuk menumbuhkan potensi pendapatan negara dari sektor tersebut.

Menurunnya KBLI di sektor Pariwisata saat ini menjadi salah satu penghambat pertumbuhan jasa pariwisata dengan kesulitan para pelaku UKM dalam proses perizinan produk-produk yang nantinya akan diproduksi.

“Nah yang kita lakukan adalah melakukan merumuskan list KBLI-nya itu bersama Menteri Pariwisata. Ini lho nomor KBLI membuat kerajinan ya Rp 25 juta maksimumnya. Kalau homestay ya Rp 500 juta, jadi ada kegiatan yang jelas, ada maksimumnya berapa dan itu mestinya berjalan,” tambah Darmin.

Usaha Pemerintah Tekan Pelemahan Rupiah

Lebih lanjut, Darmin menambahkan bahwa pelemahan rupiah saat ini merupakan masih dalam tahap yang wajar namun pemerintah tidak akan diam membiarkan pelemahan rupiah berlanjut lebih dalam. Kebijakan-kebijakan yang diambil oleh Bank Indonesia (BI) serta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merupakan cara yang dilakukan pemerintah menekan depresiasi rupiah.

Menurutnya, setidaknya terdapat dua faktor pendorong pelemahan rupiah saat ini diantaranya latar belakang perang dagang antara China-AS serta normalisasi kebijakan moneter yang dilakukan negara-negara maju. “Nah kita, memang masyarakat kita banyak sekali yang sebetulnya tidak melek urusan begini-begini ini. Tidak berarti ga apa-apa, kita akan usahakan pelemahannya jangan terlalu ya,” ungkap Darmin. (SON)

Share.

Comments are closed.