Jakarta, Teritorial.com – Menyusul perlambatan bisnis properti dan konstruksi di Tanah Air dalam lima tahun terakhir, membuat para pemangku kepentingan sektor bangunan ini mencari solusi dengan memanfaatkan teknologi. Adapun target pemasaran saat ini menyasar para konsumen yang didominasi oleh milenial. Melalui seminar Properti Developer Konstruksi Trisakti (PDKT) bertajuk “Bisnis Properti Era Milenial” yang diikuti para pengusaha bisnis properti dan konstruksi, diharapkan membuka perspektif baru dan sinergi serta memberi manfaat kepada para pemangku kepentingan bisnis dunia properti.
“Melalui seminar ini akan mengangkat potensi-potensi pebisnis properti dan konstruksi di Tanah Air serta memberikan manfaat. Selain itu, kegiatan ini juga membicarakan peluang bisnis sekaligus penjualan menggunakan digital marketing di era milenial saat ini,” ujar Ketua Umum Perhimpunan Alumni Arsitektur Trisakti (Pilars) 93, Robby Budiansyah di sela acara seminar, Sabtu (14/9/2019). Robby mengakui, kemunculan platform penjualan properti melalui aplikasi yang semakin menjamur menjadi tantangan tersendiri bagi para pebisnis.
Lebih jauh Robby mengatakan, para pengusaha properti dan konstruksi harus beradaptasi dengan perkembangan zaman secara optimal, sehingga pada akhirnya bisa menunjang bisnis yang dijalankan.
“Majunya teknologi informasi harus dipandang sebagai sebuah perkembangan yang menguntungkan dunia usaha properti. Untuk itulah pemanfaatannya perlu dilakukan secara baik oleh para pebisnis properti dan konstruksi,” imbuhnya.
Menyoal seminar Properti Developer Konstruksi Trisakti yang diinisiasi Komunitas Pengusaha Muslim Trisakti (KPMT) dan Pilars 93 ini, Robby berharap sinergi dengan sesama pebisnis dan pihak lain termasuk pemerintah bisa menggairahkan kembali dunia usaha properti di Tanah Air. “Melalui acara seperti inilah diharapkan bisa memberikan manfaat bagi teman-teman yang bergelut di dunia properti. Selain itu akan digelar di luar pulau Jawa dimana daerah pun punya potensi besar bisnis properti,” ujar Robby.
Sementara itu Project Director PT PP Properti Tbk, Raja M.L Tobing mengatakan, pihaknya menyambut baik kemunculan platform berbasis aplikasi di kancah usaha properti dan konstruksi. Hal ini terkait dengan kemajuan teknologi digital di era milenial saat ini. Saat ini penjualan tak lagi secara tradisional, melainkan sudah secara modern melalui sistem online melalui internet menunjang kinerja dunia usaha. “Adanya aplikasi digital di bisnis ini adalah terobosan yang sangat menguntungkan dan sudah menarik perhatian para pemain properti, Pergeseran penjualan tradisional ke modern ternyata sangat efektif serta efisien,” ujar Raja.
Para pengembang dan developer pun sudah memanfaatkan akun-akun media sosial serta membuat aplikasi untuk mengisi peluang digital marketing yang kian berkembang. Kendati demikian, properti adalah produk yang proses pembeliannya tidak bisa dilakukan 100 persen online. Pasalnya, karakteristik produk yang berbeda sehingga konsumen wajib mengunjungi dan mengetahui produk secara fisik. “Yang menarik adalah pemanfaatan aplikasi digital dalam bisnis properti apakah bisa merespon persaingan dengan baik atau tidak, terutama jaringan para agen properti yang ada,” kata Raja.
Pembiayaan Syariah
Ketua Umum KPMT, Pramono Dewo mengatakan, adanya kegiatan ini membuka dan menguatkan jaringan pengusaha properti Muslim yang ingin hijrah ke bisnis dan pembiayaan berbasis Syariah. “Kegiatan ini untuk mengajak para pengusaha properti dan umum untuk tidak takut serta memahami bisnis properti bisa dilakukan dengan sesuai kaidah Syariah,” kata Pramono.
Lebih lanjut Pramono mengatakan soal pembiayaan Syariah akan diarahkan kepada konsep berserikat agar potensi bisnis properti bermunculan. Menurut Pramono yang berlatar belakang teknik sipil lulusan Trisakti ini, hingga kini dunia perbankan masih sulit memberikan pembiayaan di sektor konstruksi. Untuk itulah konsep berserikat dijadikan solusi untuk membuka peluang bisnis. “Perbankan masih sulit membiayai bisnis properti, kecuali untuk BUMN. Dengan konsep ini akan membuka peluang baru untuk maju bersama, keroyokan sifatnya,” imbuh Pramono.
Kedepannya Pramono menilai, dengan semakin besarnya anggota komunitas akan semakin bagus. Situasi ini akan melahirkan pemikiran bersama yang pada akhirnya mendorong pemerintah untuk membuat kebijakan yang mendukung para pebisnis yang memiliki modal terbatas. “Sudah saatnya pemerintah mememberikan dukungan melalui kebijakan yang berpihak pada pebisnis seperti ini,” katanya.