Jakarta, Teritorial.Com – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengatakan, pelaku usaha nasional harus pintar-pintar mencari peluang agar mendapat tempat dalam persaingan global. Saat ini perusahaan besar dalam hitungan tahun bisa redup, dan juga sebaliknya. Hal terebut tidak menutup kemungkinan terkait perihak perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China.
Baginya kondisi global tersebut harus bisa dimanfaatkan perusahaan nasional. Caranya, perusahaan harus jeli menciptakan peluang baru dan juga meningkatkan kemampuan bersaingnya. “Kompetisi level global semakin luar biasa dan kita tidak bisa menunggu. Dalam lima tahun semua bisa langsung berubah,” kata Jonan di acara 2nd Infobank Top 100 Bankir yang bertema “How to Navigate Companies Through Global Turbulence and Political Risk 2019” di Jakarta, Selasa (30/10/2018).
Dia mencontohkan perusahaan terbesar di dunia, berdasarkan kapitalisasi pasar pada 2017 untuk sektor energi seperti Petro China, ternyata kini tidak lagi masuk 10 besar. Padahal, di tahun 2012, Petro China merupakan perusahaan terbesar ketiga dunia.
Selain itu, mengenai kekuatan brand, perusahaan minuman ringan Coca Cola yang tahun 2011 berada di posisi puncak sebagai brand terbesar, pada tahun berikutnya turun jauh tergeser oleh Apple dan Microsoft. “Saya mau mengatakan di dunia itu berubah terus dan kita tidak mungkin menutup diri. Tinggal bagaimana kita ke depan,” tegasnya.
Jonan juga menepis anggapan bahwa tahun politik, apalagi dengan adanya Pilpres 2019 mendatang, akan mempengaruhi kondisi pasar. Menurut dia, kedua hal tersebut tidak terkait satu sama lain. Siapapun presidennya, kata dia, bisnis akan tetap berjalan karena jalurnya berbeda. Menurut dia, kunci untuk bersaing saat ini adalah kemampuan dalam mengenali pasar. Menurutnya situasi politik saat ini dan perang dagang AS dan China tidak perlu dikhawatirkan.
Sementara Direktur Eksekutif LPEI (Eximbank) Sinthya Roesly mengatakan korporasi ataupun UKM di Indonesia harus dapat mendorong ekspor yang kini positif. Dia menyarankan pengusaha nasional untuk mendorong ekspor ke pasar tradisional dengan memanfaatkan momen perang dagang AS-China. Para eksportir dapat memanfaatkan celah pasar yang ditinggalkan akibat perang dagang tersebut.
Misalnya, produk yang sebelumnya disuplai dari China ke AS seperti tekstil, perikanan, furnitur, atau ban. Namun, imbuh dia, ekspor ke pasar baru yang potensial seperti ke kawasan Afrika dan Asia Selatan juga tetap harus digarap. “Afrika memiliki potensi sangat besar dan pertumbuhan ekonominya terus meningkat dan tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir,” ujarnya.