Jakarta, Teritorial.Com- Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah di kurs acuan. Bahkan pelemahan ini merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah.
Pada Rabu (26/9/2018), kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.938. Rupiah melemah 0,30% dibandingkan perdagangan hari sebelumnya. Ini merupakan posisi terlemah sepanjang sejarah, sejak tahun 2013.
Sementara di pasar spot, dolar AS akhirnya kembali menembus level Rp 14.900. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.935 di mana rupiah melemah 0,13% dibandingkan perdagangan hari kemarin.
Tidak hanya rupiah, beberapa mata uang negara kawasan juga mengalami nasib serupa. Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang negara asia hingga pukul 10:32 WIB.
Jelang pengumuman rapat bulanan Federal Reserve/ The Fed nanti malam waktu AS atau dini hari waktu Indonesia, dolar AS terus bergerak menguat. Dolar Index yang menggambarkan posisi dolar AS terhadap enam mata uang utama pada pukul 10:32 WIB, menguat tipis 0,01%.
Pasar memprediksi The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps). Ini sejalan dengan proyeksi dari Fed Watch yang meyakini hal tersebut, dengan tingkat probabilitas hingga 95%.
Kenaikan ini nampaknya tidak terelakkan setelah pada dua pertemuan sebelumnya, The Fed cenderung menahan diri. Terlebih dua indikator utama yang digunakan yaitu Core Personal Consumption Expenditure (PCE) dan tingkat upah rata-rata telah menunjukkan perkembangan.
Core PCE pada bulan Juli telah menembus level 2% atau sesuai target yang ditetapkan oleh The Fed. Pada Tahun ini, terhitung Core PCE telah tiga kali menembus level tersebut.
Sementara upah rata-rata pada Juli tumbuh hingag 2,9% Year-on-Year (YoY) atau tertinggi sejak Juni 2009.
Perekonomian Negeri Paman Sam yang terus tumbuh, mendorong The Fed berubah sikap.
Guna mencegah terjadinya overheating, mau tidak mau kenaikan suku bunga acuan harus dilakukan. Akibatnya, dolar AS mendapatkan momentum penguatan dan menekan mata uang global termasuk rupiah.