Figurin Headline

74 Tahun Prabowo: Silsilah Bangsawan, Karir Gemilang, dan Misi Persatuan Abadi

74 Tahun Prabowo: Silsilah Bangsawan, Karir Gemilang, dan Misi Persatuan Abadi

TERITORIAL.COM, JAKARTA – Tepat pada hari ini, Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, genap berusia 74 tahun. Ulang tahun ini bukan sekadar perayaan usia, melainkan momentum untuk merefleksikan perjalanan hidup yang penuh liku, dari kancah militer hingga panggung politik tertinggi, yang kini ditandai dengan upaya gigihnya untuk menyatukan bangsa.

Kisah hidup Prabowo Subianto, yang lahir di Jakarta pada 17 Oktober 1951, seolah menjadi cerminan bahwa takdir akan menghampiri mereka yang berjuang dengan konsisten. Ia lahir dari keluarga terpandang; ayahnya, Soemitro Djojohadikusumo, adalah seorang ekonom dan menteri terkemuka. Garis keturunan bangsawan dan aristokrat juga mengalir dari kedua sisi, dengan kakeknya, Margono Djojohadikusumo, merupakan pendiri Bank Nasional Indonesia (BNI) dan anggota BPUPKI, serta garis ibu dari Dora Marie Sigar, putri tokoh Minahasa.

Karier Militer yang Cemerlang dan Titik Balik

Meskipun berasal dari keluarga terpandang, masa muda Prabowo banyak dihabiskan di luar negeri, mengikuti sang ayah. Sekembalinya ke Tanah Air, ia sempat bergaul dengan aktivis pro-demokrasi seperti Soe Hok Gie, bahkan mendirikan LSM Pembangunan pada tahun 1968. Kematian Gie menjadi salah satu alasan Prabowo membulatkan tekad untuk masuk ke dunia militer, memilih Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri) pada tahun 1970, meninggalkan peluang kuliah di Amerika Serikat.

Setelah lulus pada tahun 1974, karir militer Prabowo meroket. Dikenal cerdas, berani, dan disiplin, ia mencapai puncak kepemimpinan sebagai Komandan Jenderal Kopassus (Danjen Kopassus) pada usia 44 tahun dan kemudian menjadi Panglima Kostrad dengan pangkat Letnan Jenderal (Bintang Tiga) pada Maret 1998. Namun, bintangnya meredup. Pasca reformasi dan kejatuhan Presiden Soeharto (ayah mertuanya), Prabowo diberhentikan dengan hormat dari dinas ABRI karena dianggap bertanggung jawab atas situasi nasional saat itu.

Prabowo memilih menerima keputusan tersebut tanpa protes, menjauhkan diri sejenak ke Yordania. Mimpinya menjadi Jenderal Bintang Empat sempat terkubur.

Kebangkitan di Dunia Bisnis dan Politik

Di Yordania, Prabowo memulai babak baru dengan belajar bisnis. Setelah sempat mengalami kesulitan keimigrasian, ia dipanggil kembali ke Indonesia pada tahun 2001 atas inisiatif Presiden Abdurrahman Wahid. Di tanah air, ia memperkuat modal ekonomi dan aktif di berbagai organisasi seperti HKTI dan APPSI.

Perjalanan politiknya tidak mulus. Setelah sempat kembali ke Partai Golkar dan kalah dalam konvensi Capres 2004, Prabowo menyadari perlunya jalur baru. Pada 6 Februari 2008, ia mendirikan Partai Gerindra. Di bawah kepemimpinannya, Gerindra tumbuh pesat, konsisten mengalami peningkatan perolehan suara dari Pemilu 2009 hingga 2024.

Prabowo secara gigih hadir dalam empat pemilihan presiden terakhir—sebagai Cawapres pada 2009, dan Capres pada 2014 dan 2019—meskipun harus menelan kekalahan.

Presiden Pemersatu: Merangkul Pihak yang Berseberangan

Puncak perjalanannya tiba di Pilpres 2024, di mana ia akhirnya terpilih sebagai Presiden didampingi Gibran Rakabuming Raka. Namun, apa yang paling menonjol dari babak terakhir hidup Prabowo adalah sikapnya sebagai “Sang Pemersatu Bangsa.”

Keputusan monumental dimulai ketika ia menerima pinangan Presiden Jokowi sebagai Menteri Pertahanan pasca Pilpres 2019, sebuah rekonsiliasi yang dilakukan demi menjaga persatuan bangsa di tengah polarisasi ekstrem. Sejak saat itu, Prabowo secara perlahan memulihkan hubungan dengan berbagai tokoh yang pernah berseberangan, termasuk Megawati Soekarnoputri dan Wiranto.

Sikap merangkul ini berlanjut setelah ia menjadi Presiden. Ia membangun komunikasi dengan pihak-pihak yang kalah di Pilpres 2024. Lebih dari itu, ia memberikan amanah jabatan di kabinetnya kepada figur atau keluarga yang secara langsung terkait dengan Dewan Kehormatan Perwira (DKP) yang memberhentikannya pada tahun 1998, seperti AHY (putra SBY) dan menantu Agum Gumelar. Bahkan, ia mengeluarkan amnesti-abolisi untuk tokoh-tokoh yang sebelumnya menjadi kritikus keras.

Sifat kepemimpinan Prabowo, yang menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan dengan merangkul semua elemen bangsa, menjadi sebuah kebaruan dalam sejarah politik Indonesia. Di usia ke-74, Presiden Prabowo Subianto tidak hanya memimpin sebuah negara, tetapi juga mengukir citra seorang patriot yang mengesampingkan luka masa lalu demi persatuan nasional.

(*)

Dinda Tiara

About Author

You may also like

Figurin

Mengenal Sepak Terjang Sjafrie Sjamsoeddin (Part 1)

Jakarta, Teritorial.Com – Siapa yang tidak kenal dengan sosok Letjen (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin, Wakil Menteri Pertahanan Republik Indonesia di era
Figurin Nasional

Rektor UNHAN Dikukuhkan Menjadi Profesor

Jakarta, Universitas Pertahanan (Unhan) RI menyelenggarakan Sidang Senat Terbuka Pengukuhan Guru Besar Tetap dan memberikan gelar profesor kepada Laksamana Madya