Figurin

Bukan Hanya Cucu Proklamator, Ini Profil Gustika Hatta yang Disorot Gegara Kebaya Hitamnya di Istana

Bukan Hanya Cucu Proklamator, Ini Profil Gustika Hatta yang Disorot Gegara Kebaya Hitamnya di Istana

TERITORIAL.COM, JAKARTA – Sosok Gustika Hatta sukses menyita perhatian saat menghadiri peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus 2025 di Istana Negara.

Lewat postingan foto di akun Instagram pribadinya, Gustika secara gamblang mengkritik kondisi Pemerintahan Indonesia terkini lewat kebaya hitam dan kain yang dipakainya.

Dalam foto tersebut, terlihat wanita cantik ini mengenakan kain batik Slobog, motif batik tradisional Jawa yang secara khusus dikaitkan dengan upacara kematian atau berkabung.

Lantas, siapa sebenarnya sosok Gustika Hatta?

Profil Gustika Hatta

Gustika Fardani Jusuf lahir pada 19 Januari 1994.

Ia merupakan cucu dari Proklamator sekaligus Wakil Presiden pertama Indonesia, Mohammad Hatta.

Sang ibu, Halida Nurah Hatta merupakan anak bungsu dari tiga putri Hatta dan istrinya Rahmi Hatta.

Sejak kecil, Gustika dibesarkan di lingkungan keluarga yang sarat nilai sejarah, intelektualitas, dan perjuangan bangsa.

Dengan latar belakang keluarganya, ia akrab sengan diskursus kebangsaan serta isu sosial-politik sejak usia dini.

Tak main-main, Gustika juga menempuh studi internasional dan keamanan.

Ia mengenyam pendidikan di Institut d’Etudes Politiques de Lyon di Prancis selama satu tahun, sebelum melanjutkan ke King’s College London pada 2015 dan meraih gelar Bachelor of Arts (Hons) di bidang War Studies.

Tak cukup sampai di situ, Gustika juga menempuh kursus singkat di Universitas Oxford dan Sotheby’s Institute of Art.

Kini, Gustika sedang menempuh pendidikan Master of Advanced Studies di Geneva Academy of International Humanitarian Law and Human Rights, dengan fokus pada hukum internasional dama konflik bersenjata.

Masa remajanya pun disibukan dengan mengikuti forum pemuda PBB yang membahas isur perempuan, serta magang di misi Indonesia untuk PBB.

Keterlibatan ini membuktikan minat besarnya pada hak asasi manusia, keamanan, internasional dan diplomasi multilateral.

Dalam karier profesional, Gustika juga memiliki pengalaman luas di organisasi internasional dan lembaga swadaya masyarakat. 

Ia pernah menjadi anggota Youth Advisory Panel UNFPA Indonesia, podcaster di Box2Box Media Network, hingga peneliti di Imparsial, lembaga pemantau HAM di Indonesia.

Selama bekerja di Imparsial (2020–2022), Gustika meneliti reformasi sektor keamanan, isu Papua, serta kekerasan politik. 

Ia juga pernah menjabat sebagai National Youth Consultant untuk Plan International Indonesia dalam program JobStart Indonesia, yang didukung Asian Development Bank.

Selain akademik dan karier, Gustika menorehkan sejumlah prestasi. 

Pada 2018, ia terpilih sebagai ASEAN Youth Fellow, dan pada 2022 menerima beasiswa penuh Nuffic Orange Knowledge Programme untuk mengikuti pelatihan Conflict, Rule of Law, and Local Security di The Hague Academy for Local Governance.

Ia juga aktif menulis opini di media internasional, termasuk The Jakarta Post, dengan fokus pada isu keamanan dan HAM. Kiprah ini membentuk Gustika sebagai akademisi muda yang kritis dan berani bersuara.

Kiprahnya semakin dikenal publik ketika ia terlibat dalam koalisi warga sipil yang menggugat Presiden Joko Widodo dan Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian pada 2022 terkait aturan pengangkatan Penjabat Kepala Daerah.

Saat ini, Gustika dikenal bukan hanya sebagai cucu Proklamator, tetapi juga sebagai peneliti, aktivis HAM, dan tokoh perempuan muda Indonesia yang berani bersuara di ruang publik nasional maupun internasional.

(*)

Dinda Tiara

About Author

You may also like

Figurin

Mengenal Sepak Terjang Sjafrie Sjamsoeddin (Part 1)

Jakarta, Teritorial.Com – Siapa yang tidak kenal dengan sosok Letjen (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin, Wakil Menteri Pertahanan Republik Indonesia di era
Figurin Nasional

Rektor UNHAN Dikukuhkan Menjadi Profesor

Jakarta, Universitas Pertahanan (Unhan) RI menyelenggarakan Sidang Senat Terbuka Pengukuhan Guru Besar Tetap dan memberikan gelar profesor kepada Laksamana Madya