TERITORIAL.COM, JAKARTA – Iran telah lama dikenal sebagai salah satu pusat bedah plastik terkemuka di dunia, dengan fokus utama pada rhinoplasty atau operasi hidung.
Fenomena ini telah mengubah wajah industri kecantikan di negara tersebut, menjadikannya “ibu kota operasi hidung dunia.”
Namun, di balik popularitasnya, ada berbagai faktor kompleks yang saling berkaitan, mulai dari budaya hingga ekonomi.
Mengapa Operasi Hidung Sangat Populer di Iran?
Popularitas rhinoplasty di Iran bukan tanpa alasan. Berikut beberapa faktor utamanya:
- Standar Kecantikan Ideal: Sejak Revolusi Islam tahun 1979, hidung kecil, mancung, dan terangkat, seringkali disebut sebagai hidung ala “Barat”, telah menjadi standar kecantikan yang dominan. Banyak orang Iran, terutama yang memiliki hidung dengan punuk jelas, merasa perlu “memperbaiki” bentuk hidung mereka agar sesuai dengan standar ini.
- Statistik yang Mencengangkan: Pada 2013, Iran mencatat tingkat operasi hidung tertinggi di dunia. Angka ini mencapai sekitar 200.000 prosedur per tahun, yang berarti sekitar 0,25 persen dari total populasi melakukan rhinoplasty setiap tahunnya. Tingginya angka ini menunjukkan betapa operasi hidung telah menjadi prosedur yang umum dan bahkan “normal” di kalangan masyarakat Iran.
- Faktor Sosial dan Budaya: Aturan berpakaian yang ketat di Iran yang mengharuskan perempuan menutupi rambut dan tubuh mereka secara tidak langsung membuat wajah menjadi fokus utama dalam ekspresi diri. Wajah menjadi “kanvas” utama untuk mengekspresikan kecantikan dan status sosial. Selain itu, seperti di banyak negara lain, media sosial dan normalisasi “kesempurnaan” telah memicu rasa tidak percaya diri, mendorong banyak orang untuk mengejar penampilan ideal.
Industri yang Menjanjikan dan Penuh Tantangan
Meningkatnya permintaan operasi hidung juga telah memunculkan industri pariwisata medis yang menguntungkan.
Pasien dari luar negeri tertarik datang ke Iran karena biaya prosedur yang lebih terjangkau, regulasi yang lebih fleksibel, dan keahlian tinggi para ahli bedah plastik lokal. Keahlian ini terbentuk berkat tingginya volume operasi yang mereka tangani.
Menurut data ISAPS, pada tahun 2022, 8,5 persen klien bedah kosmetik di Iran berasal dari luar negeri.
Namun, di balik keuntungan ekonominya, fenomena ini juga menuai kekhawatiran. Beberapa ahli, seperti Babak Nikoumaram, ketua Perhimpunan Ahli Bedah Plastik dan Estetika Iran (ISAPS), berpendapat bahwa standar kecantikan “Barat” yang tidak sesuai telah mendistorsi “wajah asli Iran.”
Hal ini memicu pertanyaan tentang identitas dan nilai-nilai budaya di tengah gempuran globalisasi.
Fenomena operasi hidung di Iran menunjukkan bagaimana aspirasi kecantikan, tekanan sosial, dan industri medis dapat saling berinteraksi, menciptakan tren unik yang merefleksikan dinamika masyarakat modern.
(*)