TERITORIAL.COM, JAKARTA – Garis rambut yang makin mundur, bagian atas kepala yang tampak menipis, sampai area mahkota yang terlihat semakin jelas sering bikin banyak laki laki mulai khawatir.
Kondisi ini dikenal sebagai kebotakan dini, sebuah masalah yang bukan hanya menyentuh soal penampilan, tetapi juga bisa memengaruhi rasa percaya diri.
Meski begitu, kebotakan dini bukan sesuatu yang tak bisa ditangani. Ada banyak faktor yang berperan dan masih ada langkah pencegahan maupun perawatan yang dapat dilakukan sejak awal.
Penyebab Kebotakan Dini
Faktor genetik menjadi penyebab paling dominan. Jika ayah atau kakek kamu mengalami kebotakan lebih cepat, kemungkinan besar risiko itu menurun.
Sejumlah studi dermatologi internasional menyebut pola kebotakan tipe laki laki atau androgenetic alopecia sangat erat kaitannya dengan sensitivitas folikel rambut terhadap hormon androgen, terutama DHT atau dihidrotestosteron.
Hormon ini dapat membuat folikel rambut mengecil sehingga siklus tumbuh rambut menjadi semakin pendek.
Selain faktor keturunan, kondisi medis tertentu seperti gangguan tiroid, infeksi jamur di kulit kepala, hingga anemia juga dapat memperparah kerontokan.
Tak kalah penting, gaya hidup juga berpengaruh. Kebiasaan merokok, kurang tidur, stres berkepanjangan, pola makan yang minim nutrisi, serta penataan rambut dengan panas atau tarikan berlebihan bisa mempercepat penipisan rambut.
Dokter kulit Indonesia menuturkan bahwa banyak pasien muda yang datang dengan keluhan rambut rontok intens. Mereka menyebut, “Banyak pasien mengeluhkan rambut menipis dalam beberapa bulan terakhir karena stres kerja dan pola tidur yang tidak teratur.”
Gejala yang Perlu Diwaspadai
Kebotakan dini biasanya tidak muncul tiba tiba. Prosesnya pelan tetapi terlihat jelas jika diperhatikan.
Gejala awal yang paling umum adalah rambut di bagian pelipis yang mulai surut atau menipis.
Garis rambut yang semakin mundur, helaian rambut yang tampak lebih halus dari biasanya, dan kulit kepala yang makin terbuka dapat menjadi tanda awal.
Jika penipisan terjadi sebelum usia 30 atau 40 tahun, kondisi tersebut sudah termasuk kategori kebotakan dini.
Mengenali gejalanya sejak awal sangat penting agar penanganan bisa dilakukan sebelum kerontokan menjadi lebih parah.
Cara Mencegah dan Menanganinya
Langkah pertama adalah memperbaiki pola hidup. Pastikan tubuh mendapat cukup nutrisi penting seperti protein, zat besi, zinc, vitamin D, dan asam folat. Banyak penelitian kulit dan rambut menyebut kekurangan nutrisi ini dapat melemahkan folikel rambut.
Selanjutnya, kelola stres dengan baik. Aktivitas seperti olahraga, tidur yang cukup, dan rutinitas relaksasi bisa membantu menormalkan kembali siklus hormon.
Hindari kebiasaan merokok karena sejumlah laporan medis menunjukkan nikotin berpengaruh buruk pada sirkulasi darah di kulit kepala.
Untuk perawatan medis, konsultasikan dengan dokter kulit. Dokter dapat memberikan diagnosis yang tepat dan menentukan terapi yang sesuai.
Beberapa metode yang umum direkomendasikan antara lain minoksidil topikal serta finasteride oral yang digunakan hanya dengan pengawasan dokter.
Selain itu, penting untuk menjaga kebersihan kulit kepala dan memilih produk rambut yang lembut.
Teknologi perawatan rambut juga berkembang. Di berbagai negara, terapi laser berintensitas rendah hingga prosedur PRP atau Platelet Rich Plasma sudah banyak digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan rambut, meski efektivitasnya berbeda pada tiap individu.

