Depok, Teritorial.Com – Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan kontak tembak Densus dengan terduga teroris di Kaliurang, DIY, dan pelemparan bom panci di Mapolresta Indramayu merupakan serangan balik dari jaringan teror. Mereka bereaksi karena para jaringannya ditangkap.
“Peristiwa yang di Yogya dan Indramayu ini bukan serangan terorisme yang diinisiasi, diinspirasi, inisiatif mereka. Tapi ini (reaksi dari) operasi surveilance (pengawasan), operasi penjejakan, dan operasi hunting dalam rangka penangkapan jaringan terorisme,” kata Tito kepada wartawan di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, Senin (16/7/2018).
Tito menjelaskan peristiwa bom di Surabaya, Jawa Timur, beberapa waktu lalu menjadi pintu gerbang polisi menangkapi para terduga teroris. Polisi pun mengembangkan operasi untuk mengejar seluruh pihak yang terlibat dan mendukung aksi teror.
Jadi peristiwa bom Surabaya itu bagi Polri, di satu sisi tragedi dan kita bersedih karena ada korban. Tapi di sisi lain memberikan peluang yang sangat besar kepada Polri untuk masuk ke dalam jaringan ini dan menangkap mereka,” ujar Tito.
“Sehingga saya perintahkan agar untuk kasus bom Surabaya, siapapun yang terlibat, tangkap! Ideolog, inspirator, pelaku, pendukungnya, yang menyiapkan anggaran, menyembunyikan, menyiapkan bahan peledak, atau simpatisan yang terkait, menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2018, maka ini yang bersimpati pun kepada mereka saat melakukan aksi itu, bagian dari kelompok mereka itu bisa kami pidana,” sambung Tito.
Aksi kejar-kejaran diwarnai penembakan terjadi di Jalan Kaliurang (Jakal) Km 9,5, Sinduharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta pada Sabtu (14/7) sore. Tiga terduga teroris tewas ditembak polisi dan dua polisi terluka.
Dini hari setelahnya, Minggu (15/7), seorang pasangan suami istri terduga teroris melempar bom rakitan ke halaman Mapolresta Indramayu. Bom tersebut tidak meledak dan polisi berhasil mengamankan kedua pelaku yang berusaha melarikan dir