Beri Kuliah Umum di Unhan, Ryamizard Adopsi Diplomasi Pertahanan Empat Poros

0

Bogor, Teritorial.Com – Penyesuaian kembali konsep strategi pertahanan negara terhadap dinamika stabilitas dan keamanan kawasan kembali menjadi topik diskusi Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu saat memberikan Kuliah Umum di Universitas Pertahanan (Unhan) di Kawasan International Peace and Security Center (IPSC), Sentul, Bogor, Jawa-Barat, Rabu (19/9/18).

Dihadapan mahasiswa Unhan, Menhan dalam kuliah umumnya mengangkat tema “Kalibrasi Ulang Konsep Strategi Pertahanan RI Menghadapi Disrupsi Dinamika Perkembangan Lingkungan Strategis”.Dalam pandangan Menhan Dua variable yang menjadi penekanan yakni kalibrasi ulang konsep strategi pertahanan RI yang bermakna mengembalikan arah kompas ke titik nol, hakekat tujuan pembangunan pertahanan negara dan yang kedua variabel disrupsi dinamika perkembangan lingkungan strategis.

“Para mahasiswa sekalian adalah kader-kader pimpinan Indonesia pada level strategis di masa mendatang, sehingga apa yang saya sampaikan ini perlu dipahami secara seksama sebagai bekal dalam menjalankan amanah mulia sebagai pemimpin bangsa di masa depan,” ucap Menhan Ryamizard mengawali Kuliah Umumnya di Ruang Auditorium Unhan.

Kedua variable ini saling terkait, karena terjadinya disrupsi atau riak terhadap stabilitas dan keamanan kawasan akan berdampak terhadap penyesuaian konsep strategi pertahanan negara.Kalibrasi antar waktu disini perlu dilakukan karena strategi pertahanan dengan jangka waktu 30 sampai 40 tahun yang lalu, tentunya sudah tidak relevan lagi dihadapkan dengan situasi dan kondisi ancaman aktual masa kini.

Pada hakekatnya, pembangunan kekuatan pertahananan negara setiap bangsa didunia diarahkan guna mewujudkan kawasan dan dunia yang aman, damai dan sejahtera. “Inilah yang merupakan esensi dan titik nol arah kompas yang senantiasa perlu di kalibrasi yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi aktual lingkungan strategis kawasan,” terangnya.

Disamping itu, lanjutnya, sejak terbentuknya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) 73 Tahun yang lalu, seluruh bangsa-bangsa didunia telah sepakat untuk menyelesaikan setiap perbedaan dan persoalan antar bangsa dengan semangat perdamaian dan tidak saling intervensi urusan dalam negeri masing.Nilai-nilai universal tersebut telah kita sepakati bersama yang tertuang didalam Piagam PBB yang telah diratifikasi oleh semua negara didunia.

Seperti ada pepatah yang mengatakan bahwa “Arsitektur dimulai ketika ada dua batu bata yang mulai disatukan dengan mempertimbangkan tujuan dan keunikan tertentu”. Oleh karena itu, kata Menhan, dalam merumuskan kalibrasi ulang arsitektur keamanan kawasan kita perlu selalu mengacu pada kondisi aktual potensi ancaman kawasan masa kini dan masa yang akan datang.

Menhan mengatakan, hakekat tantangan dan ancaman Asean pada masa kini berbeda dengan ancaman yang kita hadapi 51 tahun silam dan ancaman tersebut selalu berevolusi secara terus-menerus sejalan dengan perkembangan geopolitik lingkungan strategis yang dinamis dan selalu berubah sejalan dengan tren kompetisi global antar kepentingan aktor negara (state actor) dan aktor bukan negara (non state actor).

Salah satu titik berat kepentingan Indonesia di dalam membangun arsitektur pertahanan negara adalah bagaimana mewujudkan stabilitas keamanan dan perdamaian di kawasan yang kondusif, sebagai bagian integral dari kepentingan nasional Indonesia dengan senantiasa mengantispasi berbagai potensi ancaman bersama dikawasan, yang mungkin timbul serta upaya untuk mengatasinya.

Melalui pendekatan strategi pertahanan smart power yang merupakan kombinasi yang sinergis antara pembangunan kekuatan hard power (rakyat plus TNI/Alutsista tri-matra) dan kekuatan soft power (mindset dan diplomasi pertahanan kawasan) yang berlandaskan kekuatan nilai-nilai idealisme hati nurani dan jati diri bangsa.

Kemhan Adopsi Diplomasi Pertahanan Empat Poros

Lanjut Mantan Panglima Komando Strategi Angkatan Darat (Pangkostrad) ini menjelaskan tentang konteks strategi diplomasi pertahanan, dimana Kementerian Pertahanan (Kemhan) mengadopsi pendekatan diplomasi pertahanan empat Poros, yaitu dengan menjaga kesimbangan hubungan dengan Amerika Serikat, Rusia, China dan ASEAN. Hubungan tersebut, bagi Menhan, sangat strategis mengingat semakin tingginya kesamaan cara pandang, didalam upaya untuk mewujudkan kepentingan national masing-masing negara (mutual national interest) ditengah kompleksitas dinamika lingkungan strategis kawasan yang semakin berkembang.

Menhan menambahkan, Indonesia juga memandang perlunya negara-negara dari seluruh kawasan di belahan dunia manapun untuk bersama-sama membesarkan persamaan yang ada diantara kita dan juga bersama-sama mengecilkan perbedaan yang selama ini dapat mengganggu hubungan persaudaraan sesama umat manusia. “Sehingga hal ini akan lebih memperkuat persatuan dan kerja sama antar negara dan antar kawasan demi mewujudkan cita-cita mulia bersama untuk membangun dunia yang lebih aman, damai dan sejahtera,” harapnya.

Kecenderungan perkembangan lingkungan strategis saat ini, lanjutnya lagi, yang semakin sulit diprediksi menempatkan perkembangan masa depan dunia menjadi penuh dengan ketidakpastian (yang menjadi kepastian saat ini adalah ketidakpastian itu sendiri). Jarak antar Negara sekarang bukan merupakan penghalang lagi, sementara sifat ketergantungan antar negara dan bangsa semakin besar, hal inilah yang menjadi dasar alamiah terbentuknya keinginan masyarakat dikawasan untuk membangun persatuan dan kerjasama.

Kondisi ini juga, menurut Menhan, menjadi faktor pemicu munculnya fenomena ancaman baru yang sering ia sampaikan dalam berbagai forum dengan sebutan “Ancaman Nyata”. Ancaman ini bersifat lebih dinamis dan multi dimensional, baik berbentuk fisik maupun non fisik yang dapat muncul dari dalam atau dari luar suatu negara seperti terorisme dan radikalisme, separatisme dan pemberontakan bersenjata, bencana alam dan lingkungan, pelanggaran wilayah perbatasan, perompakan dan pencurian Sumber Daya Alam (SDA) dan mineral serta penyelundupan bersenjata, wabah penyakit, peredaran dan penyalahgunaan Narkoba dan Perang Siber dan Intelijen.

Selanjutnya, tambahnya lagi, dalam era perkembangan modernisasi dan globalisasi ini, disamping ancaman-ancaman berbentuk fisik seperti sebagaimana yang saya sebutkan diatas, kita juga menghadapi ancaman Non-Fisik yang relatif lebih besar khususnya ancaman yang pada gilirannya dapat mengancam keutuhan dan persatuan kawasan.

Ancaman dan tantangan tersebut berupa kekuatan “soft power” yang berupaya untuk merusak “mindset” masyarakat di kawasan kita yang saat ini populer dengan istilah proxy war yaitu suatu bentuk perang jenis baru yang mempengaruhi hati dan pikiran rakyat dengan tujuan untuk membelokkan pemahaman dan perilaku masyarakat agar mengikuti kehendak dari aktor yang berada dibalik layar tersebut. “Jangankan negara di kawasan yang sarat dengan perbedaan, beberapa entitas negara yang memiliki ideologi yang kuat-pun sudah berhasil dipecah-belah oleh kekuatan ini,” ucapnya.

Menurut Menhan, dinamika lingkungan strategis kawasan juga masih diwarnai potensi benturan ego geopolitik antar negara besar yang cenderung dapat memperluas perbedaan dan yang pada gilirannya dapat menjadi salah satu faktor penghalang terwujudnya stabilitas dan keamanan kawasan yang kita cita-citakan bersama.

Perebutan pengaruh yang didasarkan pada persepsi hegemony sektoral tersebut, kata Menhan, hanya akan memperkeruh situasi keamanan yang pada gilirannya dapat men-disrupsi arah kompas tujuan mulia kita yaitu terwujudnya masyarakat kawasan makmur dan sejahtera. Kondisi ini juga menempatkan situasi keamanan kawasan semakin sulit diprediksi serta menempatkan perkembangan masa depan dunia menjadi semakin penuh dengan ketidakpastian.

“Sudah cukup kita melihat masyarakat menderita akibat aksi berbagai ancaman nyata yang sudah didepan mata khususnya serangan terorisme dan bencana Alam , seperti yang terjadi di Jepang baru-baru ini yang mengakibatkan 139 korban jiwa, bencana di Lombok serta Taifun di Filipina. Inilah saatnya kita mengkalibrasi ulang arsitektur dan tatanan kawasan yang baru yang lebih berorientasi pada aspek persatuan kemanusiaan dengan mengedepankan tranparansi dan keterbukaan,” papar Menhan.

Share.

Comments are closed.