Teritorial.com – Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu memberikan sambutan pada Seminar Internasional “Indonesia International Defense Science Seminar (IIDSS) 2019 yang diselenggarakan oleh Universitas Pertahanan (Unhan), Senin (8/7) di Jakarta.
Sesuai dengan tema yang diangkat dalam seminar IIDSS kali ini yang mengangkat tema “Enhancing Defense Cooperation to Dela with Terrorism, Cyber Threats and Natural Disaster” (Meningkatkan Kerja Sama Pertahanan dalam Menghadapi Ancman Terorisme, Dunia Siber dan Benca Alam), Menhan mengingatkan kembali peserta seminar akan dimensi ancaman nyata yang harus dihadapi secara bersama-sama di kawasan.
Ancaman nyata yang dimaksud Menhan tediri dari ancaman terorisme dan radikalisme, separatisme dan pemberontakan bersenjata, bencana alam dan lingkungan, pelanggaran wilayah perbatasan, perompakan dan pencurian sumber daya alam, wabah penyakit, perang siber dan intellijen serta peredaran dan penyalahgunaan narkoba.
“Terorisme dan radikalisme telah membuat kita saling curiga dan saling memusuhi. Terorisme pun berpotensi merusak ikatan persaudaraan dan nilai-nilai toleransi yang sejatinya menjadi kultur ASEAN”, tutur Menhan.
Lebih lanjut, Menhan menawarkan solusi kerja sama trilateral untuk mengatasi ancaman terorisme dan radikalisme di kawasan Indo-Pasifik. Kerja sama trilateral ini dilakukan antara Indonesia, Malaysia dan Filipina.
“Sudah ada tiga patroli bersama. Di selat malaka, selatan Thailand dan saya buat lagi di Filipina Selatan, kita siagakan.” jelasnya.
Menurut Ryamizard, setiap negara pasti mempunyai kepentingan strategis. Namun, pada dasarnya kepentingan strategis setiap negara memiliki tujuan sama, yakni menyejahterakan rakyatnya dan menciptakan rasa aman, serta terus melakukan pembangunan demi kemajuan bangsa dan negara.
“Kesamaan ini merupakan peluang seluruh negara mengambil manfaat dari kekuatan Indo Pasifik dengan membangun suatu tatanan dunia baru yang lebih mengarah pada pembentukan kesejahteraan dan keamanan dunia,” paparnya.
Melalui seminar IIDSS tersebut Rektor Universitas Pertahanan Letjen Tri Legionosuko berharap peserta seminar dapat melakukan perbaikan konsep dan menggali ide-ide baru yang akan memperkuat pembuat kebijakan mengenai pertahanan.
Selain itu seminar ini sebagai juga sebagai wadah tukar pikiran dengan berbagai negara dan saling berbagi informasi mengenai apa yang dilakukan negara lain terkait ancaman terorisme, siber dan bencana alam dimana ketiga ancaman tersebut merupakan ancaman bersama semua negara.
“Misalnya ancaman bencana alam, bagaimana mengurangi risiko bencana dan mengurangi korban. Itu sebabnya kita lakukan seminar ini untuk mengetahui apa saja yang bisa kita lakukan,” ujar Rektor.