Jakarta, Teritorial.com – Fakta penyalahgunaan narkoba di Indonesia sudah masuk kategori mengerikan. Secara terang-terangan Cina menjadi biang kerok yang mendalangi medominasi peredaran 80% narkoba di Indonesia. Badan Narkotika Nasional (BNN) seoalah tak ada habisnya dihujani pertanyaan mengenai bagaimana upaya ekstra menghadapi gempuran arus obat terlarang asa negeri Tirai Bambu tersebut.
Baru sehari menjabat Kepala BNN menggantikan Komjen Pol Budi Waseso, Irjen Pol Heru Winarko mewarisi tugas berat menghentikan peredaran Narkoba di Indonesia. Menghentikan penyeludupan narkoba Cina harus menjadi prioritas tinggi. Sebab daya rusaknya sudah mengerikan.
Tahun 2016, Kepala BNN Budi Waseso mengatakan, jumlah pengguna narkoba di Indonesia sudah mencapai sekitar 5 juta jiwa. Ini berarti satu dari 50 orang menjadi pengguna. Sementara jumlah yang meninggal karena mengonsumsi narkoba mencapai 40 sampai 50 orang/hari.
Perkembangannya sangat pesat. Jika pada tahun 2015 itu jumlah narkoba yang diseludupkan masih dalam batas-batas puluhan kilogram dan oleh sebab itu mengambil jalur udara, maka tahun-tahun berikutnya makin dahsyat. Penyeludupan tidak mengenal puluhan kilogram tetapi sudah masuk ratusan dan belakangan masuk angka ribuan kilogram atau ton. Dengan jumlah itu penyeludupan bergeser dari jalur udara ke jalur laut.
Menurut Budi Waseso mengatakan, sepanjang tahun 2016 ada sebanyak 250 ton narkotika jenis sabu asal China masuk ke negeri ini. Itu narkoba siap konsumsi atau siap pakai. Sementara jumlah narkoba dalam bentuk prekursor (bahan baku untuk obat-obatan narkotika) yang diseludupkan ke Indonesia sepanjang 2016 mencapai 1.097,6 ton.
Kalau sepanjang tahun 2016 angka 250 ton maka, maka pada tahun 2017, jumlah narkoba yang diseludupkan semakin menggila. Pada Juli 2017, polisi berhasil menangkap penyeludupan sabu sebanyak satu ton di Anyer Banten. Ini adalah tangkapan terbesar. Penangkapan ini sekaligus menjadi awal penyeludupan narkoba tidak lagi dalam ukuran puluhan kilo tetapi sudah masuk angka satu ton dalam sekali kirim.
Penyeludupan tahun 2018 lebih menggila lagi. Awal tahun 2018, berhasil ditangkap penyeludupan 1,6 ton sabu di Kepulauan Riau. Pada saat bersamaan juga terjadi penyeludupan prekursor mencapai 150 ton dalam sekali kirim yang berhasil digagalkan Indonesia karena ditangkap aparat Timur Leste. “Kami mendapat informasi dari Timor Leste bahwa bahan baku pembuatan narkoba sebanyak 150 ton itu hendak dikirim ke Indonesia. Semua barang bukti itu sudah diamankan di negara itu,” kata Kepala BNN Nusa Tenggara Timur.
Itu penyeludupan yang berhasil ditangkap. Menurut Deputi Penindakan BNN Benny Josua Mamoto, jumnlah yang berhasil ditangkap itu hanya bagian kecil dari total narkoba yang diseludupkan ke indonesia. Jumlah yang berhasil ditangkap itu menurutnya hanya berkisar 10 persen saja dari total narkoba yang diseldupkan. Ini berarti ada sekitar 90 persen yang lolos. Kalau yang berhasil ditangkap 1,6 ton, berarti yang lolos mencapai 9 dikali 1,6 ton sama yakni mencapai 14,4 ton.
Dari angka-angka di atas jelas hahwa penyeludupan narkoba dari Cina makin mengganas. Daya rusaknya dengan demikian juga semakin menggila. Jika dilakukan survei terbaru, dapat dipastikan, perbandingan antara jumlah penduduk dengan pengguna narkoba meningkat. Demikian juga jumlah orang yang meninggal karena mengonsumsi narkoba, diyakini mengalami peningkatan drastis sesuai dengan derasnya arus masuk narkoba yang mulai masuk angka ton ton-an dalam sekali kirim.
Ini sekaligus menunjukkan bahwa daya rusak narkoba Cina terhadap Indonesia juga semakin menggila. Tidak saja karena penggunanya semakin meluas, tetapi penetrasinya atau tingkat ketergantungan terhadap narkoba juga semakin dalam. Cina menjadi kerok dalam hal ini karena 80 persen narkoba yang masuk ke Indonesia berasal dari Cina. Narkoba Cina menjadi dalang perusakan generasi muda Indonesia. (SON)