Hankam

Dua Kapal Selam TNI AL Segera Evakuasi KRI Nanggala-402

JAKARTA , Teritorial.com – Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut (Kadispen) Laksamana Pertama Julius Widjojono mengatakan 53 awak masih berada di Kapal Selam KRI Nanggala-402 yang diduga tenggelam setelah hilang kontak saat melakukan latihan di perairan Bali.

“Ada 53 orang di kapal selam,” kata Julius alam keterangan, Rabu (21/4).

Hingga saat ini kata dia, anggota TNI AL masih melakukan pencarian terhadap kapal yang hilang kontak sejak pagi tadi. Meski begitu saat ini pihaknya juga telah menemukan titik koordinat hilangnya salah satu dari lima kapal selam milik TNI itu.

“Koordinat hilangnya kapal selam tersebut sudah ditemukan, sekitar 95 kilometer dari arah utara Pulau Bali,” kata dia.

Tak hanya itu, TNI AL juga mengerahkan kapal selam lain untuk membantu pencarian kapal selam tersebut.

“Dua kapal selam sedang dalam perjalanan ke titik untuk resque,” jelasnya.

Sebelumnya, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengungkapkan Kapal Selam KRI Nanggala-402 milik TNI Angkatan Laut hilang kontak di Perairan Bali pada Rabu (21/4). Saat ini menurut Hadi, timnya masih melakukan penelusuran atas kejadian tersebut.

“Masih dalam pencarian di Perairan Bali, 60 mile (95 KM) dari Bali,” kata Hadi melalui pesan singkat kepada Teritorial.com, Rabu (21/4).

KRI Nanggala-402 merupakan salah satu kapal selam yang dioperasikan TNI AL. Kapal ini merupakan kapal selam buatan Jerman pada 1979 lalu.

Kapal jenis tersebut adalah kapal yang cukup tua buatan industri Howaldt Deutsche Werke (HDW), Kiel, Jerman Barat.

Ridwan Pribadi

About Author

You may also like

Hankam

Kapolri Dikukuhkan Sebagai Guru Besar Ilmu Kepolisian

Jakarta,Teritorial.com- Kapolri Jenderal Tito Karnavian dikukuhkan sebagai guru besar bidang Ilmu Kepolisian Studi Strategis Kajian Kontra Terorisme di Sekolah Tinggi
Hankam

Menhan akan segera laporkan permintaan maaf AS kepada presiden

Jakarta territorial.com-Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu akan segera melaporkan permintaan maaf Menhan Amerika Serikat (AS), James Mattis, terkait insiden ditolaknya Panglima