Jakarta, Teritorial.Com -Perjuangan dan kerja keras adalah dua kata yang tepat menggambarkan kegigihan Letnan Dua TNI Hafid Bahtiar. Dia berhasil lulus Akademi Militer dengan prestasi baik tahun ini. Tak peduli ayahnya cuma seorang penjual gorengan, yang kadang bekerja serabutan sebagai kuli bangunan.
Hafid yang lahir di Tulungagung 30 Desember 23 tahun silam merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Mujani dan Supriatin. Kedua orang tua Hafid adalah pedagang gorengan di sebuah desa kecil di wilayah Kecamatan Boyolangu Kabupaten Tulungagung
“Saya dan istri mengolah adonan jajanan gorengan, Hafid mengantarkan gorengan ke warung-warung,” kata ayah Hafid, Mujani.
Dia mengaku sekarang sudah tidak jual gorengan lagi dan lebih sering menerima kerja serabutan. Mujani sempat khawatir dengan rencana Hafid mendaftar masuk Akademi Militer yang bergengsi. Maklum, kondisi keluarganya serba sederhana.
“Los saja pak. Bismillah saja. Nggak usah memikirkan biaya untuk masuk Taruna,” ujar Mujani sambil menirukan ucapan Hafid saat mendaftar Taruna Akmil.
Mujani menjelaskan anak keduanya ini mendaftar 2 kali sebagai Taruna untuk Akmil pada tahun 2013 dan tahun 2014, sebelum akhirnya dinyatakan lulus pada tahun 2014. Tekad Hafid memang sudah bulat.
“Dia niat dengan keinginan sendiri untuk menjadi Taruna Akmil. Dua kali daftar semuanya Akmil, usai gagal di pendaftaran yang pertama sempat ditawari untuk mendaftar Sekolah Calon Bintara, tetap kokoh untuk daftar Akmil,” ungkap Mujani seperti ditulis Penerangan Kopassus TNI AD.
Hafid mengaku sebelum diterima sebagai Taruna Akmil, dia sering membantu meringankan beban kedua orang tuanya dalam mencari nafkah. Dia menceritakan bagaimana gigihnya kedua orang tuanya bekerja keras untuk menghidupi keluarganya.
“Orang tua saya pernah berdagang bakso, gorengan, jagung dan kacang rebus di pinggir jalan. Masih ingat di memori saya waktu sekolah di SD dan SMP membawa gorengan saya jual di sekolah,” ungkap Hafid.
Sempat jadi tukang batu
Menginjak remaja, siswa SMA Negeri 1 Campurdarat ini terus membantu meringankan beban orang tuanya. Mulai dari menjadi tukang batu marmer sepulang sekolah hingga meluangkan waktu melatih basket anak-anak di kampungnya.
“Honor yang didapat lumayan buat beli makan sehari-hari dan uang saku sekolah,” tutur Hafid.
Keluarga Hafid hampir gagal mengikuti kegiatan Prasetya Perwira (Praspa) yang dilaksanakan di Istana Presiden. Sebabnya Mujani dan keluarga mengaku belum punya biaya dan penginapan untuk datang ke Jakarta.
Mendengar kabar tersebut, Pangdam V/Brawijaya melalui Aspers Kasdam menyampaikan atensinya untuk memberikan perhatian kepada keluarga Taruna Akmil dari Tulungagung ini.
Danrem 081/DSJ dan Dandim 0807/Tulungagung kemudian memfasilitasi segala keperluan yang dibutuhkan keluarga Hafid untuk dapat mengikuti kegiatan Prasetya Perwira di Istana Presiden.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) melantik 724 Prasetya Perwira (Praspa) TNI dan Polri tahun 2018 di halaman depan Istana Merdeka Jakarta pada Kamis Juli 2018 lalu.
Usai Prasetya Perwira (Praspa) TNI dan Polri tahun 2018, hafid resmi menjadi Perwira TNI AD Korps Artileri Medan (Armed). Dia siap mengabdikan diri untuk tanah airnya.
“Meski saya anak seorang kuli bangunan, tetapi cita-cita saya ingin menjadi Panglima TNI,” tutup Hafid.