Kontrak Rp33 Triliun dan Daya Gedor Industri Pertahanan di IDEF 2025

0

Jakarta, Teritorial.com — Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI menegaskan komitmennya mendorong pertumbuhan industri pertahanan nasional melalui ajang Indo Defence (IDEF) 2025. Dalam konferensi pers Kamis (12/6), Karo Humas Kemhan Brigjen TNI Frega Ferdinand Wenas Inkiriwang menyebutkan, terdapat 27 kontrak kerja sama yang diteken antara pelaku industri pertahanan dalam negeri dengan mitra strategis. Nilainya mencapai sekitar Rp33 triliun.

“Memang untuk data teknis saya belum pegang detailnya. Tapi secara umum, dari 27 kontrak itu sekitar 17 ditandatangani BUMN Event ID. Ada juga BUMN lainnya, PT PA, beberapa BMS, termasuk proyek untuk peningkatan fasilitas rumah sakit TNI,” ujar Frega.

Menurut dia, kontribusi BUMN cukup dominan dalam kerja sama tersebut. Ia juga menyebut sekitar 40 ribu SSR (Sistem Senjata Ringan) turut menjadi bagian dari proses pengadaan, meski detail teknis masih menunggu klarifikasi lebih lanjut.

Generasi Kelima dan Diplomasi Teknologi

Lebih jauh, Frega menyampaikan bahwa Kemhan terus membuka ruang kolaborasi strategis dengan mitra luar negeri. Salah satunya lewat inisiatif pengadaan alutsista generasi kelima, seperti yang tengah dijajaki dalam proyek MUI yang belum sepenuhnya dikontrakkan.

“Yang kami lihat bukan hanya soal jumlah, tapi ruang kerja sama. Ketika ada kepercayaan antara dua negara, terutama dalam transfer teknologi generasi kelima, itu jadi momentum. Termasuk kerja sama kita dengan Turki, di mana sebagian produksinya dilakukan di dalam negeri,” katanya.

Ia menekankan bahwa pembangunan industri pertahanan adalah proses jangka panjang yang bisa memakan waktu lima hingga sepuluh tahun, bahkan lebih. Karena itu, proyek-proyek seperti ini dianggap sebagai bentuk perintisan menuju kemandirian industri pertahanan Indonesia.

Edukasi Publik dan Dampak Ekonomi

Frega juga menyoroti peran Indo Defence 2025 sebagai etalase industri pertahanan yang bukan hanya terbatas untuk kalangan militer, tapi juga terbuka bagi masyarakat. “Tanggal 14 Juni nanti, masyarakat bisa hadir langsung. Ini kesempatan langka untuk eksplorasi. Biasanya produk pertahanan sulit diakses publik,” katanya.

Beragam alat utama sistem senjata (alutsista) ditampilkan dalam pameran tersebut, mulai dari senapan, kendaraan tempur, hingga tank dan simulator tempur. Interaksi langsung dengan produk pertahanan ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman publik sekaligus kebanggaan terhadap industri dalam negeri.

Tak kalah penting, dampak ekonomi dari event ini juga terasa luas. Kontrak-kontrak yang diteken membuka permintaan bagi BUMN dan BUMS, yang pada gilirannya melibatkan UMKM sebagai bagian dari rantai produksi. “Artinya, ada penggerak ekonomi dari bawah,” ujar Frega.

Ia menambahkan, dengan kehadiran delegasi asing, industri perhotelan, transportasi, dan logistik juga ikut bergeliat. “Bahkan ini event non-APBN, tapi mampu mendatangkan devisa. Dari asing, tercatat kontribusi sekitar Rp1,18 miliar untuk sektor hospitality dan logistik,” ujarnya.

Sejak 2020 hingga Juni 2025, Kemhan mencatat telah terjadi lebih dari 700 kontrak pertahanan dengan total nilai mencapai Rp230 triliun. Indo Defence, kata Frega, bukan hanya ajang pameran, tetapi juga forum interaksi dan kolaborasi internasional yang konkret.

Share.

Comments are closed.