KEPULAUAN RIAU, Teritorial.com – “TNI Angkatan Laut tetap berkomitmen bahwa peningkatan sarana dan prasarana pendukung tugas operasi merupakan prioritas dalam menuju TNI Angkatan Laut yang profesional, mandiri dan tangguh.” Demikian disampaikan Kepala Staf Angkatan Laut (Ksal) Laksamana TNI Yudo Margono, S.E., M.M., pada acara penandatanganan prasasti pembangunan Stasiun Bantu (Sionban) kapal selam dan peresmian Mess Tjiptadi, di Selat Lampa, Natuna, Kepulauan Riau, Senin, (5/4).
Penandatanganan Prasasti pembangunan Sionban kapal selam dan peresmian Mess Tjiptadi merupakan momentum bersejarah terutama untuk jajaran Koarmada I sekaligus sebagai ungkapan rasa syukur atas selesainya pembangunan sarana dan prasarana pendukung Alutsista dan Prajurit TNI Angkatan Laut.
Pembangunan Sionban Kapal Selam ini akan dibangun di lahan seluas 1.050 m2, dengan bangunan dua lantai seluas 1.008 m2. Sionban di Natuna akan menampung daya listrik dari PLN sebesar 555 KVA untuk aliran darat dukungan kapal selam. Sementara itu, Mess Tjiptadi Lanal Ranai yang memiliki fasilitas 11 kamar dibangun di atas luas tanah 1.100 m2 dengan luas bangunan 585 m2.
Ksal Laksamana TNI Yudo Margono dalam kesempatan tersebut mengatakan bahwa, pembangunan sarana dan prasarana pendukung ini bukan tanpa perjuangan, terlebih sampai saat ini, situasi pandemi Covid-19 masih terus memberikan dampak signifikan terhadap roda perputaran ekonomi bangsa yang secara langsung telah berimbas pada refocusing dan realokasi anggaran negara termasuk di dalamnya anggaran pertahanan.
“Pandemi ini telah mengajarkan kita bahwa pembangunan kekuatan tidak harus menunggu anggaran yang besar, tetapi kita bisa membangun kekuatan itu dengan skala prioritas, yang pada akhirnya secara bertahap dengan penuh keyakinan kekuatan armada tempur TNI Angkatan Laut bisa memberikan efek gentar baik itu di kawasan regional maupun global”, pungkas Ksal.
Ksal menambahkan bahwa TNI AL perlu menyikapi perkembangan lingkungan strategis saat ini dengan bijak. Apalagi perairan Natuna Utara saat ini merupakan wilayah perairan yang cukup menarik perhatian bagi negara-negara di Kawasan. Adanya perebutan kepentingan antara dua negara besar bukan tidak mungkin akan memberikan dampak bagi negara Indonesia. Selain itu juga sengketa wilayah perbatasan masih menjadi tren bagi bangsa-bangsa yang berada di Kawasan perairan Natuna Utara.
“Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan harga mati. Sebagai prajurit kita akan senantiasa terpanggil ketika kedaulatan negara kita terancam. Maka, wajib bagi kita dimasa damai ini untuk terus berbenah, terus membangun kekuatan sehingga ketika Ibu Pertiwi memanggil, kita sudah siap !!!”, tegas Laksamana Yudo.
Hadir dalam kegiatan tersebut, Irjenal Laksda TNI Moelyanto, M.Si (Han), para Asisten Kasal, Pangkoarmada I dan II, Waasops Kasal, Danlantamal IV, para Kadis terkait.