Magelang, Teritorial.com – Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Andika Perkasa memimpin Upacara Penutupan Pendidikan bagi 259 orang Taruna/Taruni Akademi Militer Tingkat IV (Sermatutar) di Lapangan Pancasila, Magelang. Sebanyak 244 orang taruna dan 15 orang taruni akan dilantik oleh Presiden Joko Widodo.
Dua orang taruna dan taruni memperoleh penghargaan medali Adhi Makayasa dan Anindya Wiratama. Piala Adhi Makayasa diraih, Sermatutar Fajar Muhammad Al Farouk, S.Tr. (Han). Sedangkan penghargaan Medali dan piagam Anindya Wiratama (Taruni terbaik) diraih, Sermatutar Dewi Okta Pusparini, S.Tr. (Han).
Selain itu, keduanya memperoleh Piagam Tri Pola Dasar (Ati Tanggap, Tanggon Kosala, dan Dhira Trengginas) serta mendapatkan predikat Cumlaude. Untuk Sermatutar Fajar Muhammad Al Farouk dari program studi Teknik Mesin Pertahanan menduduki rangking 1 dengan IPK 3,75. Kemudian, Sermatutar Dewi Okta Pusparini S.Tr (Han), dari program studi Administrasi Pertahanan menduduki rangking 1 dengan IPK 3,61.
Penghargaan tersebut diserahkan langsung Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Andika Perkasa di Lapangan Pancasila Akmil, Magelang, Senin (8/7/2019).
Fajar berasal Bondowoso, Jawa Timur merupakan putera ketiga dari enam bersaudara pasangan Mayor (Purn) Kasihyadi dan Sri Wahyuni. Ia berasal dari SMA Taruna Nusantara, Magelang. Sedangkan Dewi Okta Pusparini, merupakan puteri pasangan, pensiunan PNS, Pariyo dan Waris Siswini.
Kedua orang tua Fajar Muhammad Al Farouk maupun Dewi Okta Pusparini turut hadir dalam acara itu.
“Alhamdulillah bersyukur kepada Allah SWT untuk kali ini diberikan amanah mendapatkan penghargaan Adhi Makayasa. Yang ada dimotivasi bagi saya adalah pertama orang tua. Tentunya tanpa orang tua, saya bukanlah apa-apa. Orang tua yang menjadi motivasi saya,” ungkap Fajar.
Hal senada juga diungkapkan Dewi Okta Pusparini yang menjadi Taruni Akmil terbaik. Ia mengaku sebelum wisuda sempat mengabari kedua orangtuanya ingin memberikan surprise.
“Saya merasa senang dan merasa bangga karena prestasi yang sudah saya raih, tapi tetap tidak sombong. Saya bisa mendapatkan prestasi seperti ini berkat 14 rekan-rekan saya juga taruni,” ungkap dia.
“Tentu saja untuk taruni, kodrat seorang wanita untuk melakukan pendidikan di Akmil selama 4 tahun itu sangat tidak mudah, tetapi kami bersama-sama bisa melampaui itu dan Alhamdulillah saya diberi kepercayaan dan diberi keberuntungan untuk menjadi Anindya Wiratama,” tutur alumni SMAN 1 Pati, Jawa Tengah itu.
Ia mengaku sebelum diwisuda sempat mengabari kedua orangtuanya akan memberikan kado saat wisuda.
“Untuk kemarin saya tidak memberitahu apabila saya dapat prestasi Anindya Wiratama. Saya hanya mengatakan kepada orangtua saya, saya akan memberikan kejutan nanti pada tanggal 8 Juli,” tutur anak kedua dari tiga bersaudara itu.
Saat Dewi Okta Pusparini diumumkan menjadi taruni terbaik, kedua orang tuanya mengaku gemetar.
“Saya gemeter, saking senengnya, itu kaget, gemeter sampai merinding. Ternyata anak saya, ya Allah, anak saya. Saya senang, bangga,” ungkap Waris.
Pariyo menambahkan, puterinya ini sering membohongi orang tuanya atas prestasi yang diraihnya. Termasuk saat mendapatkan rangking dan prestasi di sekolahnya tidak pernah memberitahu terlebih dahulu.
“Sukanya mbohongi orang tua. Dia nggak pernah bilang, kalau dia itu dapat rangking. Nggak pernah bilang, kalau dia berprestasi, diam, bilangnya teman-teman saya bagus semua. Teman saya hebat-hebat semua,” kata Pariyo.
Pariyo menyebutkan, saat masih di SMP pernah meraih Nilai Ebtanas Murni (NEM) memperoleh nilai 10 untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia hanya dia.
“Waktu SMP saja, yang NEM SMP yang nilainya 10 Bahasa Indonesia hanya satu dia, lainnya Matematika banyak, tapi yang Nem 10 untuk Bahasa Indonesia hanya dia. Dia hanya bilang,Pah nanti kalau ke sana (Akmil) nanti tak kasih surprise gitu. Saya nggak tahu, tahunya kalau dipanggil tadi dapat cumlaude dan mendapat predikat Anindya Wiratama,” katanya.
“Saya terima kasih dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena betul-betul, anak saya diterima dengan murni, ya karena dia niatnya disitu sejak dulu, memang ambisinya disitu. Kalau dulu prinsipnya kalau tidak diterima, nanti kuliah dan mau masuk lagi di Perwira Karier, ya cita-citanya sendiri,” pungkasnya.