Jakarta, Teritorial.Com – Kecanggihan sistem teknologi rudal S- 400 buatan Rusia tengah jadi perbincangan publik dunia internasional. Diketahui kehebatan rudal tersebut hingga kini memberikan ancaman yang cukup serius bagi Amerika Serikat (AS) sebagai negara Adidaya yang juga pernah memiliki latar belakang perang dengan Rusia saat masih menyandang status sebagai Uni-Soviet saat perang dingin berlangsung.
Tau atau tidak, Analis Pertahanan dan Alutsista TNI, Jagari Pane menyampaikan bahwa Indonesia memiliki artileri pertahanan udara berupa Meriam S60 57mm ‘si mbahnya’ s300 atau S- 400 buatan Rusia. Marian S60, kata Jagarin, sudah lebih setengah abad gagah menjaga pertahanan Indonesia. Untuk itu, meski alutsista ini tergolong tua tidak kalah kuat dari alutsista buatan Ruasia itu.
“Orang pada rame ngeributin S300 atau S400 buatan Rusia, kita punya artileri pertahanan udara S60 57mm biasa-biasa saja tuh. Padahal S60 itu embahnya S300 ato S400. Jadi harus hormat lho sama Simbah yang sudah setia menjaga NKRI lebih setengah abad. Masih gagah lagi,” kata Jagarin seperti dikutip darinusantaranews.co, Kamis (4/4/2019).
“Dan sekarang Simbah juga ikut program digitalisasi, tidak lagi pakai engkol untuk menggerakkan canonnya. Batalyon Arhanud TNI AD saat ini juga mengoperasikan alutsista yang lebih modern seperti Grom, Mistral, Starstreak dan dalam waktu dekat akan mengoperasikan sistem peluru kendali darat ke udara jarak sedang NASAMS,” imbuhnya.
Untuk diketahui, alutsista lama seperti Meriam 57 mm S 60/T. AKT (Tanpa Alat Kendali Tembak) juga harus tetap dioperasionalkan untuk memperkuat gelar pertahanan udara/Hanud. Dengan keterbatasan anggaran, proses peremajaan Alutsista untuk memenuhi seluruh satuan Arhanud diperkirakan akan memakan waktu yang lama, sementara ancaman udara bisa datang kapan saja.
Salah satu yang membuat fungsi Meriam 57 mm S-60 T. AKT menurun adalah tidak dilengkapi dengan sistem kendali tembak. Alat kendali tembak Puazo dan radar Son 9 sudah menjadi ‘besi tua’ sejak tahun 1980 an. Tanpa peralatan tersebut, Meriam ini seperti mati suri karena dengan kecanggihan pesawat saat ini operator meriam bisa tidak berkutik jika mengandalkan melihat sasaran secara visual.
Alat kendali tembak pada Alutsista Hanud mempunyai peran yang sangat vital. Tanpa alat itu, waktu reaksi operator Meriam saat ada sasaran udara jadi singkat, tidak bisa menembak seawal mungkin dan prosentase perkenaan menjadi rendah. Dari data material, di 4 Detasemen Arhanud terdapat Alutsista Rudal Rapier yang sudah tidak operasional dan tidak ada rencana untuk relifing.