Jakarta, Teritorial.com – Jumlah korban tewas dalam protes di Senegal telah bertambah menjadi tiga orang. Gelombang kerusuhan terjadi di berbagai kota menyusul penundaan pemilhan presiden hingga Desember mendatang.
Cartogra Free Senegal (CFS), sebuah platform masyarakat sipil yang melacak korban jiwa, melaporkan bahwa seorang pemuda tewas dalam protes di kota selatan Zinguinchor pada Sabtu (10/2/2024) malam.
“Kami mencoba menyelamatkannya ketika dia tiba di rumah sakit, dan sayangnya dia meninggal dalam perawatan intensif,” kata Ndiame Diop, manajer rumah sakit Ziguinchor, kepada Reuters.
1. Seorang mahasiswa tewas di kampusnya
Pihak berwenang sejauh ini baru mengonfirmasi satu kematian, yaitu seorang mahasiswa di kota utara Saint-Louis pada Jumat (9/2/2024).
Yoro Tounkara tewas di kampusnya di Universitas Gaston Berger, tempat dia belajar geografi. Kementerian Dalam Negeri sempat menyangkal bahwa pasukan keamanan telah beroperasi di dalam kampus universitas.
Modou Gueye, seorang pedagang pasar berusia 23 tahun, juga meninggal pada Sabtu pagi. Ia dilaporkan ditembak dalam bentrokan di ibu kota Dakar sehari sebelumnya. Namun, pihak berwenang belum mengonfirmasi kematian Gueye.
Biro Urusan Afrika AS pada Sabtu mengatakan bahwa mereka sedih mengetahui dua kematian tersebut.
“Kami mendesak semua pihak untuk bertindak secara damai dan terukur, dan kami terus menyerukan kepada Presiden Sall untuk memulihkan kalender pemilu, memulihkan kepercayaan, dan menenangkan situasi,” kata biro tersebut dalam sebuah pernyataan.
2. Protes dimulai sejak Jumat
Kemarahan memuncak sejak Presiden Senegal, Macky Sall, pekan lalu mengumumkan penundaan pemilihan presiden yang dijadwalkan pada 25 Februari ke bulan Desember. Penundaan terjadi beberapa jam sebelum kampanye resmi dimulai.
Protes pun diadakan di seluruh negeri pada Jumat. Polisi menggunakan gas air mata untuk membendung massa dari alun-alun utama di Dakar, dan menutup jalan-jalan utama, jalur kereta api serta pasar-pasar utama.
Reporters Without Borders melaporkan bahwa sedikitnya lima jurnalis menjadi sasaran polisi di Dakar.
Sall mengatakan, dia menunda pemilu karena adanya perselisihan antara parlemen dan Dewan Konstitusi mengenai calon potensial yang tidak diperbolehkan mencalonkan diri. Dia juga mengungkapkan bahwa dirinya ingin memulai proses peredaan dan rekonsiliasi.
Penundaan tersebut menuai kecaman dari Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa. Namun, parlemen Senegal mendukung langkah tersebut setelah pasukan keamanan menyerbu majelis dan memecat beberapa anggota parlemen oposisi.
Parlemen juga memilih untuk tetap mempertahankan Sall sampai penggantinya dilantik, yang kemungkinan besar tidak akan terjadi sebelum awal 2025. Adapun masa jabatannya akan berakhir pada 2 April.
3. Oposisi ajukan gugatan hukum terhadap Sall
Sementara itu, anggota parlemen oposisi dan calon presiden yang menolak penundaan tersebut telah mengajukan gugatan hukum, dan mengatakan bahwa mereka akan menolak mengakui Sall sebagai presiden setelah masa jabatannya berakhir pada April.
“Jika Presiden Macky Sall tidak mengembalikan kekuasaan kepada kami pada tanggal 3 April, kami akan membentuk pemerintahan paralel yang bersatu secara nasional,” kata anggota parlemen oposisi Guy Marius Sagna pada Minggu (11/2/2024).
Blok regional Afrika Barat ECOWAS dan negara-negara asing lainnya juga mendesak Sall untuk mengembalikan negara itu ke sistem pemilu yang teratur.