Washington, Teritorial.Com – Wujudkan visi blue economy sebagai salah satu dari nilai lebih yang ditawarkan diskursus Indo-Pasifik, Amerika Serikat (AS) melalui Menteri Luar Negeri Mike Pompeo mengatakan Presiden Donald Trump sedang membangun strategi guna melakukan serangkaian investasi di Asia yang fokus pada ekonomi digital, energi dan infrastruktur.
Kebijakan ini sejalan dengan forum Kamar Dagang AS di Washington, dalam menghadapi friksi perdagangan dengan China. “Indo-Pasifik adalah prioritas mutlak dari pembuat kebijakan AS di cabang eksekutif dan di Kongres,” ujar Brian Hook, penasihat kebijakan senior Pompeo, seperti dilansir Reuters, Senin (30/7/2018). Kebijakan tersebut seolah menjawab ketakutan dunia sebelumnya atas polguri AS yakni America First”.
Tidak hanya bagian dari upaya perwujudan geopolitik kawasan, AS melalui Indo-Pasifik juga akan memfokuskan pada pembahasan geoekonomi dengan memanfaatkan seluruh akses perairan Pasifik barat hingga samudera Hindia untuk kepentingan kesepakatan perdagangan sebagai bentuk bagian dari strategi antisipasi terhadap perang dagang yang ditimbulkan China dengan menawarkan projek ekonomi global melalui pembangunan jalur sutra maritim atau yang biasa dikenal one belt one road (OBOR).
Indo-Pasifik menjadi dikenal di kalangan diplomatik sebagai singkatan untuk wilayah yang lebih luas dan demokratis di Asia Pasifik, untuk membendung otoriter China di Asia. Kamar Dagang AS mengatakan di situs webnya bahwa Indo-Pasifik memiliki potensi ekonomi besar, yang bisa menjadi setengah ekonomi dunia dalam beberapa dekade mendatang. Tetapi harus membutuhkan investasi sekitar USD26 triliun untuk mencapai hal tersebut.
Karena itu, kata Hook, Amerika akan melakukan langkah inisiatif soal pendanaan dan fokus terhadap ekonomi digital, energi dan infrastruktur di Asia. Hanya saja, Hook tidak memberikan detail angka apa pun mengenai jumlah investasi yang bakal ditanam. Selain Pompeo, Menteri Energi AS Rick Perry dan Menteri Perdagangan Amerika Wilbur Ross juga akan menghadiri forum, bersama dengan pejabat dari Australia, Singapura, India dan Indonesia.
Hook mengatakan pendekatan Amerika Serikat terhadap pengembangan kawasan Asia itu tidak bertujuan untuk melawan One Belt One Road (OBOR) China, yang terdiri dari proyek infrastruktur yang menghubungkan China dengan Asia, sebagian Afrika dan Eropa. “Ini tidak untuk membendung China. Apa yang dibuat China adalah untuk China. Cara kami melakukan adalah menjaga peran pemerintah kami dan fokusnya membantu bisnis untuk melakukan apa yang terbaik,” ujar Hook.
Hanya saja beberapa kalangan menilai Amerika ingin “membendung” pengaruh China lewat OBOR–menciptakan kembali Jalur Sutra Modern dengan memberi pinjaman (utang) kepada banyak negara. Namun Beijing mengatakan pinjaman tersebut adalah proyek pengembangan yang bisa diterima oleh negara mana pun.
Terkait ini, Hook mengatakan Washington “menyambut” kontribusi China untuk pembangunan regional Asia. Tetapi AS ingin China mematuhi standar internasional tentang transparansi, supremasi hukum dan pembiayaan berkelanjutan. “Kami tahu bahwa model keterlibatan ekonomi Amerika adalah yang paling sehat bagi negara-negara di kawasan ini (Asia). Karena berkualitas tinggi, transparan dan secara finansial berkelanjutan,” kata Hook. (SON)