Jakarta, Teritorial.com – Kepala Departemen Ekonomi, Center for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri mengatakan bahwa Indonesia tidak boleh terburu-buru bergabung dengan BRICS.
Ia mengatakan bahwa BRICS, grup yang mencakup Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan itu, masih belum jelas memberikan manfaat ekonomi bagi Indonesia
“Indonesia tidak akan mendapat banyak manfaat ekonomi dengan menjadi anggota BRICS,” kata Yose, yang juga ekonom senior, dalam konferensi pers pada Senin (28/8/2023).
Menurut Yose, dari 5 negara yang tergabung di dalam BRICS, hanya India dan China yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang kuat selama 2010-2022.
Adapun Rusia, Brasil dan Afrika Selatan selama ini tidak mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Bahkan Yose mengatakan jika dibandingkan dengan ekonomi Indonesia, maka jauh di atas ketiga negara tersebut.
Kemudian, Yose menjelaskan bahwa dari sisi perdagangan BRICS belum begitu baik. Dia mengungkap bahwa grup itu hanya menyumbang 11,4 persen dari perdagangan kolektif global anggotanya di era pra-pandemi, dan jumlah itu meningkat sedikit menjadi 11,9 persen pada periode pasca-pandemi.
“Ini harus kita cermati, perdagangan BRICS sebagian besar berpusat di China. Ini menunjukkan bagaimana China telah menjadi pusat penting bagi BRICS. Saya ragu India ingin China tetap menjadi pusat penting. India juga mewaspadai BRICS yang lebih besar yang akan menjadi corong bagi China,” ucapnya.
Lebih lanjut, Yose juga mengatakan bahwa BRICS adalah Bank Pembangunan Baru (NDB) yang layak diapresiasi. Pasalnya, NDB adalah lembaga keuangan BRICS yang telah menyetujui pembiayaan US$32 miliar atau Rp487,8 triliun sejak mulai beroperasi pada 2015, dengan sebagian besar uang digunakan untuk proyek berkelanjutan. Sebagian besar pembiayaan BRICS berasal dari China.
“Tapi kita mungkin akan melihat angka-angka tumbuh setelah BRICS diperluas, terutama dengan Arab Saudi dan UEA di grup,” ujarnya.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menghadiri KTT BRICS ke-15 di Johannesburg, Afrika Selatan pada pekan lalu dan mengatakan bahwa Indonesia belum mengajukan proposal untuk menjadi anggota BRICS.
“Kami ingin membuat perhitungan yang diperlukan terlebih dahulu. Kami tidak ingin terburu-buru,” kata Jokowi dalam video.
Berdasarkan data pemerintah, menunjukkan perdagangan Indonesia-China mencapai US$133,6 miliar atau Rp2.036 triliun pada 2022. Perdagangan bilateral Indonesia dengan India mencapai US$32,7 miliar atau Rp498 triliun tahun lalu.
Jumlah perdagangan Indonesia dengan anggota BRICS lainnya sepanjang 2022 yaitu dengan Rusia US$3,6 miliar atau Rp54,8 triliun, Afrika Selatan US$3,3 miliar atau Rp50,3 triliun, dan Brasil US$5,4 miliar atau Rp82,3 triliun.
Asean dengan keketuaan Indonesia pada tahun ini, telah menjalin kerja sama ekonomi yang kuat dengan China. Sementara itu, kesepuluh anggota Asean dan China merupakan bagian dari pakta perdagangan terbesar di dunia, Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP).
Perlu diketahui, BRICS pertama kali dibentuk pada 2009. Meskipun Afrika Selatan baru bergabung dalam grup itu setahun kemudian.