Guatemala, Teritorial.com – Badan penanggulangan bencana di Guatemala menggencarkan evakuasi setelah Gunung Fuego kembali meletus dan memuntahkan lava di sisi selatan. Para petugas tanggap darurat dilaporkan masih mencari penyintas dan jenazah di sekitar gunung ketika erupsi terjadi lagi.
Sejauh ini korban meninggal dunia telah mencapai 75 orang sejak gunung berapi itu meletus pertama kalinya pada Minggu (3/6/2018). Adapun sebanyak 192 orang lainnya belum dapat ditemukan. “Kami telah merinci nama-nama orang yang hilang dan asal kota mereka dan kami punya angkanya, yaitu 192 orang,” kata ketua badan penanggulangan bencana, Sergio Cabanas, sebagaimana dikutip kantor berita AFP.
Sejumlah wartawan melarikan diri setelah erupsi kedua berlangsung. Aparat Guatemala mengatakan lebih dari 1,7 juta orang telah terdampak erupsi Fuego. Sedikitnya 3.000 orang telah diungsikan dan kini menetap di berbagai tempat penampungan.
Desa-desa di lereng gunung telah tertutup debu vulkanis dan lumpur. Sebelumnya, laporan beberapa ahli gunung berapi menunjukkan erupsi telah berakhir. “Terbukti bahwa energi gunung berapi telah menurun dan tendensinya akan terus menurun. Artinya tidak akan ada erupsi mendadak selama beberapa hari mendatang,” kata Kepala Institut Seismologi Nasional Guatemala, Eddy Sanchez.
Sejumlah warga sekitar Gunung Fuego diungsikan ke stadion, sekitar 35 kilometer dari ibu kota Guatemala. Ketika pertama kali Gunung Fuego meletus, muntahan gas panas dan materi vulkanis melanda desa-desa, seperti El Rodeo dan San Miguel Los Lotes. Insiden itu menimbulkan banyak korban karena tiada peringatan dini yang dirilis, kata Sergio Cabañas, direktur badan penanggulangan bencana Guatemala.
Menurutnya, warga setempat sudah menerima pelatihan tanggap darurat namun tidak bisa menerapkannya karena aktivitas Gunung Fuego berlangsung sangat cepat. Efrain Gonzalez, yang melarikan diri dari El Rodeo bersama istri dan putrinya yang berusia satu tahun, mengaku harus meninggalkan dua putri lainnya, berusia empat dan 10 tahun. Mereka terperangkap di dalam rumah saat erupsi terjadi. (SON)
Sumber: BBCnews