Istambul, Teritorial.Com – Berada dalam situasi depresi ekonomi, Inflasi Turki pada September 2018 tercatat naik menjadi 25% dari bulan sebelumnya. Angka tersebut menjadi yang tertinggi dalam 15 tahun lalu. Inflasi tersebut diikuti dengan Nilai mata uang Lira Turki telah mengalami pelemahan sekitar 40% sepanjang tahun 2018.
Pelemahan nilai tukar Lira Turki menjadi yang terbesar dibandingkan periode Mei 2018 sebesar 20%. Dengan demikian mengutip CNBC, Jumat (5/10/2018). Nilai tukar lira melemah tajam di luar yang perkiraan dengan berada di posisi 6,0633 lira per dolar Amerika Serikat (AS). Anjloknya mata uang Turki dikarenakan kebijakan Presiden Recep Tayyip Endorgan yang mengintervensi bank sentralnya.
Adapun Erdogan menambahkan bahwa inflasi negara yang dipimpinnya tersebut mengalami kenaikan 6,3% dari bulan sebelumnya menjadi 25%. Angka inflasi pada September 2018 ini juga jauh melampaui ekspektasi dan menjadi dampak terdalam dari krisis mata uang yang tengah terjadi. “Bank sentral akan perlu bereaksi terhadap ini,” kata Inan Demir, ekonom senior emerging market di Nomura.
Krisis mata uang itu pun memberikan dampak terhadap laju inflasi. Tercatat, inflasi per September 2018 hampir 25% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, inflasi Turki naik 6,3%. Posisi inflasi yang hampir 25% ini juga menjadi yang paling tinggi dalam satu setengah dekade.