Teritorial.com – Israel akhirnya menyetujui upaya gencatan senjata yang diajukan oleh Amerika Serikat (AS).
Kesepakatan gencatan senjata akan dilakukan Israel selama 2 bulan serta pembebasan 10 sandera yang masih hidup dan 18 sandera yang telah meninggal dunia.
Salah satu pejabat Israel mengungkapkan pihaknya menyetuji gencatan senjata dengan Hamas yang diusulkan utusan Amerika Serikat (AS), Steve Witkoff.
Kesepakatan atas proposal gencatan senjata tersebut dikonfirmasi Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu lewat pernyataannya pada keluarga sandera saat Forum Sandera dan Keluarga Hilang.
“Proposal tersebut menyerukan pembebasan 10 sandera yang masih hidup dan 18 sandera yang telah meninggal, serta gencatan senjata selama 60 hari. Pejabat itu tidak memberikan rincian tentang dimulainya negosiasi untuk mengakhiri perang secara permanen, tuntutan utama Hamas yang ditolak Israel,” katanya.
Namun, Hamas akan mempelajari terlebih dulu proposal usulan gencatan senjata selama 60 hari itu.
Alasan Hamas masih menimbang usulan ini ialah karena proposal tersebut tidak menanggapi tuntutan rakyat Palestina, yang terpenting di antaranya adalah menghentikan perang dan kelaparan.
“Meskipun demikian, pimpinan gerakan sedang mempelajari, dengan segala tanggung jawab nasional, tanggapan terhadap usulan tersebut, mengingat genosida yang dialami rakyat kami,” jelas Anggota Biro Politik Hamas, Bassem Naim, di Facebook.
Kendati demikian, seorang pejabat senior kelompok militan tersebut mengatakan, Hamas telah menanggapi usulan terbaru Witkoff melalui perantara Palestina-Amerika Bishara Bahbah, dengan tiga poin tandingan.
Pertama, Hamas akan menyetujui pembebasan para sandera dan gencatan senjata selama 60 hari, seperti yang diuraikan dalam proposal AS, tetapi mereka menginginkan jaminan AS bahwa negosiasi mengenai gencatan senjata permanen akan terus berlanjut dan pertempuran tidak akan berlanjut setelah 60 hari.
Kemudian, Hamas menginginkan bantuan kemanusiaan dilakukan melalui jalur PBB. Terakhir, mereka menginginkan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mundur ke posisi yang mereka pegang pada 2 Maret 2025, sebelum Israel melancarkan kembali operasi militernya.
“Kami siap memulangkan semua sandera dalam satu hari, hanya saja kami ingin jaminan bahwa perang tidak akan terjadi lagi setelah itu. Sekarang di koran ini (sebutan untuk proposal Witkoff) kami tidak menemukannya. Mereka ingin melanjutkan perang, kami ingin menghentikannya,” ungkap pejabat senior Hamas tersebut.
Di sisi lain, dalam pengarahannya pada Kamis (29/5/2025), Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, mengonfirmasi bahwa utusan khusus Witkoff dan Presiden AS, Donald Trump, telah mengajukan proposal gencatan senjata kepada Hamas. Selain itu, diskusi terkait proposal tersebut juga masih berlangsung.
“Kami berharap gencatan senjata di Gaza akan terjadi sehingga kami dapat memulangkan semua sandera dan itu telah menjadi prioritas pemerintahan ini sejak awal,” imbuh Leavitt.
(*)