Taiwan, Teritorial.com – Latihan yang semula berjalan mulus, harus dikejutkan dengan kabar menghilangnya Sebuah pesawat jet tempur F-16 milik Taiwanyang dimulai hari Senin kemarin. Berselang beberapa jam kemudian, jet tempur itu ditemukan telah jatuh di Gunung Wufen dengan kondisi pilot tewas.
Latihan tersebut dimaksudkan untuk menunjukkan kemampuan Taipei untuk menangkis serangan musuh. Taiwan saat ini sedang bersitegang dengan Cina, di mana Beijing semakin gencar melakukan latihan militer di sekitar wilayah kepulauan tersebut. Beijing sampai saat ini menganggap Taiwan sebagai provinsi Cina yang membangkang dan siap mengambil langkah militer jika wilayah itu menyatakan kemerdekaan secara resmi.
Angkatan Udara Taiwan mengatakan pangkalannya di Hualien telah kehilangan kontak dengan pilot jet tempur F-16 sekitar pukul 13.43 siang pada hari Senin. Pesawat hilang kontak ketika ambil bagian dalam latihan perang dengan terbang ke utara Taiwan.
Sumber-sumber militer yang dikutip CNA, Selasa (5/6/2018), mengatakan jet tempur yang hilang itu diduga telah mengalami masalah di atas Kota New Taipei sebelum semua kontak hilang di Pegunungan Keelung. Sejauh ini tidak ada indikasi yang menunjung ada serangan dibalik jatuhnya jet F-16 tersebut.
Puing-puing jet tempur, lanjut sumber tersebut, kemungkinan ditemukan di lereng bukit di Kota New Taipei. Sementara itu, militer Taiwan secara resmi mengatakan pilot jet tempur F-16 yang hilang, Wu Yen-ting, 31, tewas setelah pesawat itu jatuh. Puing-puing dari jet tempur telah ditemukan di Gunung Wufen yang bisa ditempuh sekitar satu jam perjalanan dari Kota New Taipei.
“Pasukan darat telah menemukan armbans individu (pilot) di jalur Gunung Wufen, dan menilai bahwa (dia) mungkin tidak mengenakan parasut (dari pesawat),” kata militer Taiwan melalui seorang juru bicaranya.
Pilot Wu pernah mengalami kecelakaan serupa lima tahun lalu di lepas pantai Taiwan. Namun, saat itu, dia terlontar dari F-16 dengan mengalami luka ringan. F-16 merupakan salah satu dari 150 jet tempur yang dibeli Taiwan dari Amerika Serikat. Penjualan peralatan perang AS kepada Taiwan telah memicu kemarahan Cina.
Ketegangan lintas-selat telah meningkat di era Presiden Taiwan Tsai Ing-wen. Presiden yang pro kemerdekaan Taiwan ini menolak untuk mengakui “konsensus 1992” tentang kebijakan “satu Cina”. (SON)