Tokyo, Teritorial.com – Cegah pengaruh dominasi militer Cina yang kian memuncak di Laut Cina Selatan (LCS) pasca pengerjaan proyek pulau buatan untuk basis Angkatan Laut, Koalisi Amerika Serikat (AS) dan Jepang gelar latihan Angkatan Laut bersama di wilayah konflik tersebut.
Tidak tangung-tanggung AS langsung menerjunkan kapal induk USS Carl Vinson dan armada tempurnya bersanding dengan Kapal Ise milik Angkatan Bela Diri Maritim (MSDF) Jepang. Latihan perang gabungan tersebut sengaja digelar di LCS, lantara sikap Cina terus melakukan provokasi dengan mengesampingkan hukum internasional.
Dilansir dari Japan Times (13/3/2018), Latihan perang gabungan ini menurut Angkatan Laut AS, USS Carl Vinson menjalani misi penyebaran rutin yang dijadwalkan di Pasifik Barat dengan kapal USS Wayne E. Meyer. Latihan gabungan dengan kapal Ise MSDF Jepang merupakan bagian dari latihan yang ditujukan untuk memperkuat interoperabilitas maritim kedua negara yang menjadi sekutu tersebut.
”Kemitraan maritim yang kuat menjaga keamanan, stabilitas dan kemakmuran, yang telah dinikmati wilayah Indo-Pasifik selama lebih dari 70 tahun,” kata John Fuller, komandan armada tempur kapal induk USS Carl Vinson, dalam sebuah pernyataan.
Bersama Jepang tentunya menjadi simbol yang diperlihatkan kepaca Cina bahwa komitmen AS beserta sekutunya Jepang tidak akan berubah dalam mempromosikan stabilitas keamanan kawasan dari ancaman unilateralisme Cina. “Berkolaborasi dengan mitra maritim yang dekat mempromosikan kerja sama regional,” lanjut Fuller.
Dalan latgab ini, kedua negara sepakat melakukan manuver latihan anti-kapal selam dan pertahanan udara. Kapal Ise juga akan melakukan pengisian ulang di laut dengan USS Carl Vinson. Latgab ini juga merupakan bentuk protes keras AS lantaran klaim sepihak Cina atas LCS telah merugikan negara-negara disekitarnya seperti Filipina, Vietnam, Malaysia, Taiwan, Brunei, Singapura.
AS yang tidak terlibat sengketa telah mengkritik militerisasi China di kepulauan LCS. Washington khawatir, tindakan Cina akan membatasi kebebasan bernavigasi di kawasan internasional tersebut. Kawasan Laut Cina Selatan diperebutkan banyak negara Asia karena menjadi jalur laut penting yang menghasilkan sekitar 3 triliun USD dari lalu lintas kapal perdagangan global setiap tahunnya. Selain itu, kawasan tersebut diyakini kaya akan gas alam. (SON)