Jakarta, Teritorial.com – Menteri Pertahanan Australia Marise Payne yakin bahwa melalui hubungan bilateral dengan Indonesia, Australia semakin percaya diri dan mampun menghadapi berbagai bentuk perubahan bentuk potensi ancaman global. Hal tersebut menandakan bahwa hubungan bilateral dengan Indonesia selalu menempati aspek strategis bagi negeri Kanguru tersebut.
Saat menjadi pembicara sekaligus tamu kerhomtan Lembaga Ketahanan Nasional RI (Lemhanas), Marise Payne dihadapan seluruh aundiens menjelaskan bahwa persahabatan erat kedua negara ini harus terus dipelihara. Sudah menjadi konsekuensi logis bahwa pentingnya Indonesia bagi Australia tidak hanya sebatas kedekatan geografis, namun dibalik itu, kedua negara sering kali terlibat dalam pengalaman sejarah penting yang mana hal tersebut menjadi pertimbangan akan pentingnya kemitraan strategis Indonesia bagi Pemerintah Australia.
Dalam forum Australia prespactive on Security Development in the Indo-pacific and Australian Government’s Responses Across The Area of Foreign, Defense and Security Policy. Lemhanan RI (6/6/2018), Menhan Australia menyatakan negaranya untuk siap berkontribusi dalam bentuk kerja sama apapun terkait upaya mewujudkan stabilitas keamanan kawasan.
“Prinsip kebijakan pertahanan Australia adalah security, stability, prosperity. Dengan ini Australia memahami bahwa colective challage harus dihadapi dengan collective respone. Atas dasar hal tersebut, Australia hingga sejauh ini menganggap hubungan bilateral dengan Indonesia merupkan bagian kebijakan strategis Australia di kawasan, terlebih melihat peran aktif Indonesia yang telah teruji dalam berbagai bentuk forum internasional,” Ujar Menhan Wanita tersebut.
Posisi strategis Indonesia yang lebih dikenal sebagai “natural leadership of ASEAN”, sangat membuka peluang bagi pemerintah Australia untuk terus melakukan pengawasan, pencegahan terhadap bentuk-bentuk ancaman potensial sebagaimana yang saat ini banyak disibukan mulai dari pembahsan konflik Laut Cina Selatan, persaingan strategis Amerika Serikat-Cina hingga kasus terorisme yang sebelumnya menimpa sejumlah kota besar di Indonesia.
Terkait pembahasan Keamanan maritim, pemerintah Australia telah sepakat untuk bersama AS jepan dan India memuluskan apa yg disebut dengan istilah Indo-Pasifik. Diharapkan keberpihakan Indonesia mendukung jalannya diskursus indo-pasifik menjadi kekuatan besar bagi terciptanya kondisi keamanan kawasan yang stabil dimana setiap negara akan medapatkan akses strategis guna mendorong terselenggaranya freedom of navigation dan over flight.
Khususnya mengantisipasi Konflik LCS, Payne menyatakan hampir seluruh paltform kerja sama, hingga perjanjian internasional terkait maritim secuirty, dimana saat ini turut melibatkan samudera Hindia sebagai bagian integral yang tidak terpisahkan dari proyeksi keamanan maritim tidak hnya bgi Australia namun seluruh negara di kawasan.
Melalui skema Indo-Pasifi, Australia mengajak Indonesia untuk terus menjaga komitmen yang telah terbentuk demi terselenggarabya situasi yg kondusif baik lintas maritim dunia SLOCs. Dengan Cina, Australia akan terus mengupayakan cara damai demi mencari solusi yg tepat menghadapi konflik LCS. Paltform yg ada sebelumnya akan sangat membantu guna membntuk polarisasi kesamaan visi misi demi terciptanya stabilitas keamanan kawasan, tambahnya.
Bentuk-bentuk diplomasi pertahanan sebagaimana yang dicontohkan melalu MENEC 2018 (Multilateral Comodo Exercises) merupakan sebuah bentuk pencapaian komitmen antar negara dalam mengunakan kemampuan power militer untuk tujuan kemanusian.
Australia menyadari bahwa di era geopolitik seperti sekarang ini gejolak arogansi kekuasaan seolah tak lagi terbendung namun dengan berbagai bntuk pertemuan forum internasional trsebut diharapkan dapat mengagas persamaan visi misi terutama sudut pandang Cina dalam mengartikan arsitektur keamanan kawasan Asia-Pasifik. (SON)