Teritorial.com – Pangkalan Udara Shaw di Carolina Selatan berencana menurunkan aktifitas mereka untuk memberikan waktu istirahat lebih kepada para penerbang setelah jatuhnya tiga orang korban yang meninggal akibat bunuh diri.
Ketiga orang tersebut yaitu, Letnan dua Christopher Rhoton (35), Justin Strickland (26), dan Jose Llanes (28). Mereka bertiga melakukan bunuh diri di Pangkalan Udara pada tahun ini (2019).
Jumlah penerbang yang melakukan bunuh diri di seluruh Amerika Serikat juga semakin bertambah dalam tingkatan yang mengkhawatirkan. Berdasarkan data dari Sumter County Coroner Robert Baker, sejak bulan Januari hingga Juli 2019, tercatat 79 orang yang bekerja di pangkalan udara telah melakukan bunuh diri.
Jumlah korban bunuh diri tersebut hampir dua kali lipat jika dibandingkan dengan jumlah korban bunuh diri tahun lalu dalam rentan waktu yang sama. Para pejabat merasa takut bahwa tahun 2019 ini menjadi yang paling mematikan sepanjang sejarah sebagaimana dikutip dari Post and Courier. Selain itu Cabang militer juga tercatat mengalami 100 kasus bunuh diri pertahunnya selama lima tahun terakhir.
Angkatan Udara Kol. Derek O’Malley dari Pangkalan Udara Shaw sempat mengunggah sebuah video di laman Facebooknya pada hari rabu yang lalu. Dalam video tersebut ia menjelaskan bagaimana detail rencana mereka “mengisi ulang baterai” mereka selama Resilience Tactical Pause (RTP) di markas.
“Saya meminta kepada para komandan kami untuk memperhatikan secara seksama jadwal kami” ujar O’Malley. “Memang ada saatnya dimana negara kita membutuhkan kita untuk mengerahkan segalanya, namun ada massanya juga dimana kita bisa sedikit bersantai. Dan kita harus secara proaktif mengidentifikasi waktu tersebut sehingga kita bisa beristirahat dan benar-benar siap pada saat negara membutuhkan kita,” ujarnya.
Jadwal RTP termasuk hari libur pada tanggal 30 Agustus dan 20 September, serta saat menjadi pembicara tamu pada tanggal 13 September sebelum mereka dibagi kedalam kelompok-kelompok kecil dikemudian hari untuk membantu mempromosikan dialog tentang kesehatan mental.
“Kita kehilangan lebih banyak penerbang yang bunuh diri dibandingkan dengang korban yang gugur dalam pertempuran,” ujar Kaleth Wright sebagai Kepala Sersan Utama Angkatan Udara. “Jika kita tidak melakukan sesuatu, kita bisa kehilangan 150 orang hingga 160 orang penerbang hingga akhir tahun 2019,” ujarnya.
Wright sendiri tidak bisa menunjukan apa yang menjadi alasan utama meningkatnya angka bunuh diri di tahun ini. Ia hanya mencontohkan beberapa kasus yang diantaranya berkaitan dengan masalah hubungan pribadi dan masalah kedisiplinan.
“Selagi belum adanya solusi yang tepat untuk masalah ini, kami melakukan beberapa hal kecil, termasuk diantaranya memberikan waktu untuk beristirahat kepada para penerbang,” ujar O’Malley. “Baik dengan mengatur beberapa hari libur yang telah ditentukan atau dengan menyesuaikan tempo operasi kami, kami akan menggunakan waktu ini untuk beristirahat, saling berinteraksi, dan tetap ada untuk satu sama lain.”