New York, Teritorial.com – Mantan agen intelijen CIA, yang kini menjadi Luar Negeri Amerika Serikat (AS) yang baru, Mike Pompeo, tidak terlepas dari hal kontroveri yang menyelimuti dirinya. Sebagai kader politik dari parati Republikan, tentu pemikiran konservatif telah melekat pada dirinya.
Belum resmi menjabat sebagai Menlu AS, namun pria kelahiran California tersebut tegas untuk mendukung pembukaan kembali rencana revitalisasi penjara Guantanamo agar terus beroperasi dan tetap dibuka. Selama agenda perang melawan terorisme yang diumumkan oleh mantan presiden AS Goerge w, Bush tahun 2002 silam, Pompeo yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur CIA juga dikenal sebagai tokoh xenophobia dan sangat Islamphobia.
Dilansir sebelumya dari AFP (14/4/2018), Pompeo juga termasuk sosok yang cukup keras terhadap Muslim. Pada 2013 silam, dua bulan setelah pengeboman maraton di Boston, ia turun ke lantai DPR dan menuduh pemimpin Muslim di AS gagal mencegah dan mengutuk serangan teroris.
“Diam membuat para pemimpin Islam di Amerika berpotensi terlibat dalam tindakan ini,” ucapnya, kala itu.
Sejumlah analis di AS yang menguasai isu Islam-Amerika mengatakan bahwa Pompeo ditunjuk sebagai menlu berdasarkan kebijakan yang Donald Trump ingini.”Adanya Pompeo yang menjadi menlu dan sikapnya terhadap umat Islam, ini akan menimbulkan kurangnya rasa hormat AS kepada negara-negara Islam,” kata seorang analis.
Pompeo juga disebut-sebut akan lebih condong ke Arab Saudi dan termasuk orang AS yang anti-Iran. Setahun menjadi Direktur CIA, Pompeo akan segera menjadi diplomat tertinggi di Amerika yang akan menggerakkan politik luar negeri AS, menggantikan Rex Tillerson yang baru saja dipecat Trump.
Kabarnya, pengesahan Pompeo menjadi menlu akan dilakukan April mendatang, setelah Kongres AS menandatangani keputusan Trump ini. Sementara itu, Gina Haspel akan menggantikan Pompeo menjadi Direktur CIA yang baru, sekaligus wanita pertama yang mengisi jabatan ini.
Lantas bagaimana dengan nasib hubungan luar negeri Indonesia-AS, terkait Menlu baru AS yang dikenal sebagai sosok yang Islamphobia. Indonesia yang mayoritas Muslim wajar jika khawatir jika Islamphobia yang melekat pada sosok Pompeo akan berpengaruh pada hubungan diplomatik dengan Indonesia.
Sebelumnya pihak Dubes AS untuk Indonesia Joseph R. Donovan Jr dalam konfrensi pers menyatakan bahwa tidak ada perubahan mendasar kebijakan luar negeri AS kepada Indonesia. “Terlebih hubungan diplomatik AS ke Indonesia terus dijaga dimana fokusnya juga mengarah kepada keamanan kawasan ASEAN,” ujar Donovan dilansir dari The Jakartapost.
Namun dilihat dari kondisi nasional Indonesia saat ini terkait maraknya gerakan-gerakan aksi bela Islam dan protes keras sejumlah ormas Islam yang seringkali menggelar demo didepan dubes AS maka hal tersebut kemungkinan besar akan menjadi pertimbangan tersendiri bagi Pompeo dimana sempat beredar kabar negatif jika Indonesia merupakan negara yang subur akan pendidikan ideolgi Islam radikal. (SON)