Washington, D.C.,Teritorial.com – Ketegangan di perbatasan selatan Turki kian memuncak, operasi militer Turki dilakukan guna menghentikan aksi pemberontakan bersenjata militan Kurdi yang hendak mendirikan negara otonom.
Dikabarkan sejak keputusan yang dikeluarkan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan beberapa hari lalu, kini operasi militer wilayah Arfin tepatnya disepanjang perbatasan selatan Turki dengan Suriah kemudian dilanjutkan dengan Irak guna menggempur kamp pusat militan Kurdi tengah berlangsung.
Jika sebelumnya Amerika Serikat (AS) seolah menyatakan dukungan terhadap penyerangan militan Kurdi tersebut, kini pemerintah AS justru dengan tegas menyatakan bahwa operasi militer Turki di wilayah Arfin bukan dari bagian pasukan koalisi dibawah pimpinannya. Hal tersebut sudah berada diluar tanggungjawab AS.
Dilansir dari the guardian (18/1/2018), Pasukan Turki kini telah tiba di wilayah Arfin yang hanya tinggal berjarak 150 Km dari wilayah utara Suriah, dimana pasukan koalisi AS sedang melakukan operasi militer dalam menggempur militan ISIS.
Pihak koalisi mengatakan, alasan mereka tidak memasukan operasi Afrin dalam bagian dari operasi koalisi adalah, karena wilayah bukan bagian dari operasi koalisi. Pihak koalisi hanya melakukan operasi di sepanjang sungai Efrat. “Misi Koalisi tidak berubah: untuk mengalahkan ISIS di wilayah yang ditunjuk di Irak dan Suriah dan menetapkan kondisi untuk tindak lanjut operasi untuk meningkatkan stabilitas regional,” kata Ryan Dillon, juru bicara koalisi pimpinan AS.
“Kami tidak beroperasi di Afrin. Kami mendukung mitra kami dalam mengalahkan sisa kantong ISIS di sepanjang Lembah Sungai Efrat Tengah, khususnya di daerah utara Abu Kamal, di sisi timur Sungai Efrat,” sambungnya, seperti dilansir Anadolu Agency pada Rabu (17/1/2018).
Operasi Militer Turki Ditengah Standar Ganda AS
Kerenggangan Turki dan AS kian dirasakan akibat sikap AS yang juga memperlihatkan keberpihakannya kepada militan Kurdi, tidak hanya bantuan senjata dan pelatihan militer, AS juga mengikutsertakan militan Kurdi dalam 30.000 personel pasukan koalisi dibawah pimpinan AS.
30.000 personel pasukan koalisi dibawah pimpinan AS, nantinya akan bergerak ke wilayah utara Suriah dalam pertempuran membebaskan wilayah-wilayah yang telah diduduki oleh ISIS.
Kantor berita Ankara menanggapi hal tersebut sebagai bentuk standar ganda yang ditetapkan oleh AS, dimana AS yang mendukung terciptanya situasi damai disepanjang wilayah perbatasan selatan Turki, ternyata juga menjalin kekerabatan erat lewat operasi koalisi yang melibatkan militan Kurdi di dalamnya.
Maka dengan standar ganda yang diterapkan AS saat ini, sangat tidak menutup kemungkinan jika AS nantinya akan memberikan bantuan persenjentaan dalam jumlah besar kepada militan Kurdi untuk berperang melawan pasukan Turki di Arfin. (SON)