Washington, Teritorial.Com – Presiden Amerika Serikat (AS) mengatakan kepada sejumlah wartawan pada tahun lalu bahwa AS telah mengirim pesawat tempur F-52 ke Norwegia. Pernyataan tersebut pada kenyataannya merupakan sebuah kesalahan; tidak pernah ada pesawat tempur F-52. Pesawat tersebut hanya ada dalam konteks video game yang bernama “Call of Duty:Advanced Warfare”.
“Pada bulan November, kami mulai mengirim pesawat tempur F-52 pertama dan F-35,” ucap Trump. “Kami memiliki total pesawat sebanyak 52 dan pesawat-pesawat itu telah dikirim sebagian, lebih awal dari yang dijadwalkan” tambah Trump.
Namun, melansir The National Interest, dijelaskan bahwa konsep pesawat yang sama dengan versi pesawat jet fiksi tersebut memang pernah ada di dunia nyata.
Pesawat yang muncul di “Call of Duty:Advanced Warfare” merupakan pesawat yang ada pada awal tahun 1990an – konsep Lockheed Martin untuk Naval Advanced Tactical Fighter (NATF) dan A/F-X – dimana keduanya merujuk kepada pesawat demonstran (contoh) YF-22 yang pada akhirnya menjadi F-22 Raptor.
Kongres telah memberikan mandat program Advanced Tactical Fighter (ATF) – yang kemudian menghasilkan F-22 – merupakan kerja sama antara Angkatan Udara dan juga Angkatan Laut AS. Meskipun perbaikan dan pelayananya telah keluar dari program ATF, Angkatan Laut AS masih memiliki pengaruh untuk memberikan suara dan memilih pesawat mana yang akan dijadikan program Raptor. Pilihan Angkatan Laut AS yakni desain variasi Angkatan Laut pesawat YF-22, dimana terlihat seperti Raptor hibrida dan Tomcat F-14 dengan variable sayap geometri.
“Tim bekerja dengan sangat keras pada setiap detil dari desain Naval Advanced Tactical Fighter (NATF) pada akhir 1989 dan awal 1990, memproduksi sayap ayun tempur yang secara diam-diam dapat melaju dengan sangat cepat,” ujar Sherm Mullin, pimpinan Lockheed Skunk Works untuk program ATF
“Angkatan Laut AS masih mendapatkan suara dalam kompetisi ATF, dan seperti yang kami ketahui kemudian, hal itu diberikan untuk tim F-22 kami”, tambah Mullin
Namun, Angkatan Laut AS tidak menyukai turunan dari YF-23, yang memiliki desas-desus bahwa konfigurasi pelayanannya dianggap kurang menarik. Pada faktanya, karena reaksi Angkatan Laut dirasa sangat menguntungkan, Lockheed kemudian mengajukan versi modifikasi proposal untuk proyek AF-X, dimana Angkatan Laut pada akhirnya terpaksa membatalkan dukungan untuk program Joint Strike Fighter. Beberapa pejabat Angkatan Laut mengaku menyesal dengan faktanya hingga saat ini.
Namun, jika seseorang melihat versi F-22 atau AF-X yang diusulkan oleh Angkatan laut, kemiripan dengan F-52 memang luar biasa. Sangat jelas, pembuat permainan tersebut merujuk kepada desain konsep pesawat lama dari Lockheed.
Mungkin, suatu saat nanti akan ada F-52, tetapi teknologi telah berkembang sangat maju sejak zaman YF-22 dan YF-23. Dengan demikian, pesawat di masa depan akan sangat berbeda dengan pesawat yang ada saat ini. Kemungkinan besar, dengan mengikuti tren saat ini, para insinyur akan mendaposi konfigurasi sayap terbang tanpa permukaan ekor yang menonjol demi pesawat siluman yang canggih. Namun yang pasti, F-52 di masa depan tidak akan sama dengan yang ada di dunia fiksi.